Sukses

Melly Goeslaw Kenang Masa Jaya, Sekali Kedip Dapat Rumah dan Mobil Baru

Melly Goeslaw menyebut 1999 hingga 2003 merupakan puncak kejayaan.

Liputan6.com, Jakarta Dikenal sebagai hit-maker, Melly Goeslaw melahirkan banyak hit besar. Karya Melly Goeslaw yang dikenang hingga kini antara lain “Menghitung Hari,” “Tegar,” “Jika,” dan “Ada Apa Dengan Cinta?."

Melly Goeslaw mengakui, lagu-lagu itu membuat kariernya meroket. Nyonya Anto Hoed menyebut lagu-lagulah yang mengantarnya ke masa jaya.

Inilah era di mana kondisi ekonomi Melly Goeslaw menanjak. Dalam sesi wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com, Melly Goeslaw menyebut 1999 hingga 2000-an merupakan puncak kejayaan.

2 dari 5 halaman

Tahun Paling Bersinar

“Tahun paling bersinar bagi saya, saat ring back tone meledak. Itu era lagu ‘Jika,’ ‘Gantung,’ hingga ‘Ketika Cinta Bertasbih.’ Ibaratnya saya tinggal kedip, jadi rumah dan mobil baru,” beri tahu Melly Goeslaw di Jakarta, baru-baru ini.

Bukan semata karena banyak duit, tapi industri musik kala itu berjalan dengan baik. Seorang seniman kehidupannya menurun karena industri sedang lesu.

3 dari 5 halaman

Sekarang Pendapatan Kecil

“Sekarang pendapatan dari ring back tone kecil banget. Platform digital apalagi. Yang masih bisa diandalkan tinggal YouTube dan karaoke, tapi tidak sebesar yang dibayangkan,” beber pemilik album Intuisi.

Melly Goeslaw menyebut, kebanyakan grup musik yang sudah eksis seperti Potret atau Gigi bikin album hanya untuk memperpanjang eksistensi.

4 dari 5 halaman

Sambil Berkedip, Rumah Terbeli

Namun pendapatan utama mereka tetap dari pertunjukan off-air di berbagai kota. Dulu, dari penjualan kaset dan CD saja, seorang musisi sudah bisa makmur.

“Zaman itu, sambil kedip mata saja rumah dan mobil bisa terbeli. Apalagi zaman album Melly (dengan hit 'Jika' tahun 1999 -red), toko-toko kaset sampai pasang pengumuman album Melly habis. Sangat gokil,” beber musisi kelahiran Jakarta, 7 Januari 1974.

5 dari 5 halaman

Karyawan Kesurupan

Hingga kini belum ada album Melly yang semeledak itu. “Saya ingat betul, Pak Ook (Johanes Soerjoko, pemilik perusahaan rekaman Aquarius Musikindo –red.) menghubungi dan minta saya menyemangati para karyawan yang melipat sampul album Melly. Dulu melipat sampul album kaset dan CD dikerjakan secara manual,” Melly bercerita.

“Para karyawan sampai mengigau atau kesurupan karena lembur. Permintaan pasar sangat tinggi. Per hari, ordernya gila banget. Saya datang, kasih support,” pungkasnya.