Sukses

Toko Barang Mantan: Bekas Pacarku Mau Menikah, Aku Harus Bagaimana?

Judul yang eksentrik, membuat kami tertarik menonton Toko Barang Mantan. Premis film ini pun orisinal.

Liputan6.com, Jakarta Judul yang eksentrik, membuat kami tertarik menonton Toko Barang Mantan. Premis film ini pun orisinal, tentang orang yang membuka usaha berjualan barang-barang milik mantan.

Setiap barang yang dijual di Toko Barang Mantan tak sekadar untuk mencari untung. Ada kisah nyata di balik barang-barang yang nangkring di etalase toko. Toko Barang Mantan tampak kerepotan memulai kisah di menit-menit awal.

Kisah Toko Barang Mantan sebenarnya simpel dengan tema ringan. Memasuki pertengahan, energi besar ditransfer oleh para pemain dengan rekam jejak yang tak perlu disangsikan. Haruskah kita ragu pada kapasitas Reza Rahadian dan Marsha Timothy? Tentu tidak.

 

2 dari 7 halaman

Kedatangan Mantan

Tristan (Reza) mahasiswa pemegang dua rekor. Pertama, gemar gonta-ganti pacar. Kedua, skripsi yang tak kunjung beres. Bersama Rio (Iedil) dan Amel (Dea), Tristan membuka Toko Barang Mantan. Konsepnya unik. Namun menjual barang mantan tak semudah yang dibayangkan. Suatu siang, toko ini kedatangan Laras (Marsha), mantan terindah Tristan.

Sebenarnya tak bisa dibilang mantan karena konon, dalam sebuah pertengkaran, Laras pergi begitu saja. Tak terucap kata putus. Laras datang untuk memberikan undangan pernikahannya. Mendapat undangan Laras, Tristan mati-matian menyembunyikan syok dan kecewanya. Laras sering datang ke Toko Barang Mantan dari minta tolong Tristan memilihkan souvenir pernikahan hingga menjual cincin pemberian calon suami.

Tristan sendiri nyaris tak percaya cinta. Pasalnya, ayah Tristan (Roy) menikah dengan Meti (Widi Mulia) setahun setelah ibu Tristan meninggal. Makin intens berinteraksi dengan Laras, Tristan sadar ia masih cinta. Namun baginya, cinta tak penting untuk diungkapkan. Cinta bisa dirasakan dari perbuatan.

 

3 dari 7 halaman

Reza Rahadian Hidupkan Karakter

Kisahnya sederhana, bahkan bisa untuk dieksekusi di level film televisi. Yang membuat Toko Barang Mantan layak ditembakkan ke layar putih, cara para pemain menghidupkan karakter dan upaya Viva Westi menjadikan film ini komedi romantis.

Pertama, kami ajak Anda menilik performa para pemain. Reza menghidupkan Tristan dengan mengubah penampilan. Ia tampil dengan rambut gondrong. Kita tahu itu wig. Wig dari rambut asli ini terasa menyatu dan tampak masuk akal saat dipadukan dengan penampilan Tristan yang kasual. Kita melihatnya menggunakan kaus dan celana pendek. Sesekali celana jin belel, kaus tanpa lengan, dan kemeja kebesaran.

4 dari 7 halaman

Marsha Asyik dan Effortless

Di sisi lain, Marsha dengan rambut pendek berombak tampak effortless. Ia relaks dalam setiap adegan, tampak nyaman, dan menikmati peran bahkan di adegan terpahit sekalipun. Toko Barang Mantan dipersenjatai sejumlah konflik genting, berlokasi di toko Tristan, dengan eskalasi energi beragam.

Padahal sumber konfliknya sama, cinta yang tak terucap atau dengan kata lain, kepastian. Beberapa konflik ini menampilkan subtema dari pamit yang diterjemahkan sebagai kebiasaan salah satu tokoh pergi begitu saja kalau ada masalah. Subtema lain, perbedaan sudut pandang terhadap hal penting dan tidak penting. Dan setumpuk subtema lainnya.

Di sinilah, Toko Barang Mantan tampak pantas diangkat ke layar lebar. Tanpa Reza Rahadian dan Marsha Timothy, serius, bisa jadi film ini terasa FTV banget. Cara Marsha mengucapkan, “Oke kali ini aku benaran pamit,” sambil mengibaskan tangan dan pergi membelakangi Tristan saja terasa berkelas.

5 dari 7 halaman

Mengentalkan Hawa Komedi

Gaya Reza Rahadian bengong mendengarkan opini Laras saja menyiratkan gradasi emosi dari jengkel hingga ketidakmampuan memahami lawan bicara. Belum lagi peran Dea Panendra dan Iedil. Sebetulnya, mereka direkrut untuk mengentalkan hawa komedi. Mereka memberi umpan kepada Reza atau sebaliknya memberi reaksi yang pas atas aksi kocak Reza.

Kedua, upaya Viva Westi dalam mengemas Toko Barang Mantan menjadi lebih wah. Ini terasa dari pemilihan lokasi dan desain interior toko yang tampak dipersiapkan dengan matang berikut penataan konflik yang terus meningkat hingga akhirnya mencapai klimaks.

6 dari 7 halaman

Menghindari Klise

Viva mati-matian menghindari klise dalam romantika cinta termasuk ending cerita yang bisa ditebak. Untuk konsumsi masyarakat Indonesia, komedi romantis memang harus berakhir bahagia. Viva bersama Titien merancang kisah dengan konflik simpel namun bermain detail dengan akhir yang tidak instan atau terkesan menggampangkan persoalan.

Itu sebabnya ada lompatan waktu. Itu sebabnya para tokoh (kuartet Tristan, Laras, Rio, dan Amel) dibentuk, ditangani, dan diizinkan berkembang seiring bergulirnya durasi.

 

7 dari 7 halaman

Agak Tertatih di Menit Awal

Meski agak tertatih di menit-menit awal, Toko Barang Mantan berhasil menyuguhkan konflik, parade akting ciamik, selera humor yang classy, dan tentu saja akhir manis. Toko Barang Mantan juga menjadi contoh bagaimana sebuah lagu tema hadir tepat waktu dan tepat guna.

Tak sekadar melapisi adegan, lagu yang dibawakan Dea Panendra membangun suasana menjadi lebih dramatis, serta menyampaikan apa yang tak diucapkan oleh suasana hati para tokohnya. Simpel tapi mengasyikkan, itulah Toko Barang Mantan.

 

 

 

Pemain: Reza Rahadian, Marsha Timothy, Iedil Dzuhrie, Dea Panendra, Syifa Hadju, Roy Marten, Widi Mulia, Ligwina Hananto

Produser: Ferry Ardiyan, Tia Hendani

Sutradara: Viva Westi

Penulis: Titien Wattimena

Produksi: MNC Pictures

Durasi: 100 menit