Liputan6.com, Jakarta - Masalah yang terjadi antara Nikita Mirzani dan Dipo Latief belum juga selesai. Saat ini Nikita Mirzani masih menjalani proses hukum terkait dugaan penganiayaan yang dilakukannya.
Kendati demikian, Nikita Mirzani mengaku saat ini sudah enggan membahas-bahas soal Dipo Latief. Menurutnya lebih baik menjalani hidup masing-masing saja.
Advertisement
Baca Juga
"Kita jalani hidup masing-masing aja lah. Kalau kesel, gondok, sudah nggak ada sih, itu waktu hamil dan lahiran aja, selebihnya sih enggak. Sampai sekarang sih sudah ya ya enggak peduli aja gitu," kata Nikita Mirzani, usai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (2/3/2020).
Â
Titip Pesan
Meski begitu, Nikita Mirzani berpesan kepada Dipo Latief terkait masa depan putranya itu. Ia tidak ingin jadi orang yang disalahkan apabila kelak putranya, Arkana, bersikap tidak baik kepada Dipo Latief.
Â
Advertisement
Tak Ingin Disalahkan
"Gue cuman bisa berpesan begini, masalah ini enggak akan bisa hilang, ini akan jadi abadi di media sosial atau di mana pun. Ketika Arkana besar, kalau dia mau membenci bapaknya, jangan salahkan saya," kata Nikita Mirzani.
Â
Menangis
Sementara itu, dalam sidang lanjutan kasus dugaan penganiayaan itu, Nikita Mirzani membacakan eksepsi atau nota pembelaan atas dakwaan yang diberikan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Selama membacakan eksepsi itu, jelas sekali terlihat Nikita Mirzani penuh emosi hingga meneteskan air mata.
Â
Advertisement
Ingat Anak
Rupanya hal itu dikarenakan ia teringat putranya, Arkana, yang sempat menghadapi masa-masa sulit di awal kelahirannya.
Â
Tak Bisa Dibuang
"Niki pas baca eksepsi ingat anak aja sih. Karena kan memang kasus itu ada kan posisi sedang hamil, jadi saya yang mengetahui prosesnya selalu ingat dan enggak bisa Niki buang," papar Nikita Mirzani.
Â
Advertisement
Ini yang Bikin Sedih
"Dari Niki dipaksa untuk datang dalam keadaan yang keliyengan, akhirnya Niki muntah di meja saat Niki di BAP berkali-kali. Dua hari setelah sesar gue dipaksa untuk datang, jadi itu sih yang bikin sedih," tambahnya.