Liputan6.com, Jakarta - Masih ada catatan menarik dari perhelatan Fashion Rhapsody 2020 di Jakarta, baru-baru ini. Salah satunya, keterlibatan aktris sekaligus penyanyi Chintami Atmanegara.
Menggandeng desainer Ariy Arka, Ayu Dyah Andari, dan Yulia Fandy, Chintami Atmanegara memperkenalkan busana muslim ramah lingkungan dengan berbagai motif alam termasuk hewan.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu yang menyita perhatian pencinta mode yakni motif kupu-kupu berbahan alami. Dalam acara itu, Chintami Atmanegara menegaskan keseriusannya terjun di dunia mode. Motif kupu-kupu dipilih Chintami Atmanegara disertai alasan kuat.
Mengapa Kupu-kupu?
“Tema yang saya angkat kali ini adalah butterfly atau kupu-kupu. Hampir semua yang saya luncurkan pada putaran awal tahun ini memang kupu-kupu,” ujar bintang film Serpihan Mutiara Retak kepada Showbiz Liputan6.com.
Chintami Atmanegara menambahkan, “Kupu-kupu salah satu hewan bersayap cantik, berpola unik, berikut warna berbeda pada sayap-sayapnya. Sayang, masih banyak kupu-kupu yang ditangkap dan ditangkar untuk koleksi.”
Advertisement
Kupu-kupu Dalam Busana
Chintami Atmanegara mengonversi keindahan kupu-kupu dalam busana. Terkait keputusannya menekuni dunia mode, pelantun “Nyanyian Hati” itu menyebut passion dan cinta sebagai alasan utama.
Apapun dikerjakan Chintami Atmanegara dengan cinta dari seni peran, bernyanyi, dan kini mendesain busana. Hal yang sama diungkapkan Ayu Dyah Andari.
Dari Edgy Hingga Classy
Atas nama cinta pula, pergelaran Fashion Rhapsody 2020 mengusung tema ramah lingkungan. Selaras dengan tema itu, Ayu Dyah Andari mengusung signature series yang berfokus pada lifetime inspiration Ayu, yakni bunga mawar.
“Kali ini saya bermain dengan desain monogram klasik dan potongan berbagai macam gaya dari edgy hingga classy,” Ayu Dyah Andari mengulas.
Advertisement
Mawar, Cinta, dan Kekuatan
Seperti Chintami Atmanegara yang menyebut kupu-kupu bagian dari kecantikan alam, Ayu Dyah Andari memandang bunga mawar tidak kalah cantik.
“Selain cantik, mawar simbol cinta dan kekuatan. Saya mendefinisikannya dalam bentuk monogram hingga bordir di atas bahan tule. Untuk warna, saya pilih earth tone seperti bata, hijau, tanah, hingga maroon dari api yang menjadikannya berbeda,” ia mengakhiri.