Liputan6.com, Jakarta Insya Allah Surga hari ini tentang kain kafan itu ditemukan oleh Nurdin yang kebetulan lewat. Karena masih ada bekas bungkusan dan tulisan alamat, Nurdin mengira ini pasti paket yang dicolong maling. Nurdin lalu membungkus lagi dan mengirim ke alamat rumah Haji Ridwan. Yang menerima paket itu adalah Bulan.
Apa yang terjadi selanjutnya di Insya Allah Surga? Sementara itu Bulan senang banget. Akal liciknya muncul, Bulan sembunyikan paket itu dari dua istri suaminya yang lain: Klanting dan Euis. Saat rumah sepi, Bulan membuka paket itu. Seketika Bulan pingsan melihat isinya kain kafan. Klanting dan Euis malah tertawa, meledek Bulan yang serakah.
Sementara itu Ucok, Karyo dan Tatang lalu membawa kain kafan itu ke Ustaz Ali. Mereka bertiga curhat kecewa, dikira Bapaknya (Haji Ridwan) nyumpahin mereka nyusul (mati) karena ngirimin kain kafan. Ustaz Ali bilang, justru Haji Ridwan sayang sama kalian, kebutuhan kalian saat akhir nanti saja sudah dibeliin!
Advertisement
Baca Juga
Tapi Ucok, Karyo dan Tatang tetap nggak mau terima kain kafan itu, mereka semua takut. Tak sengaja Ustaz Ali nemuin nota bon pembelian kain kafan itu, diselipan bungkusnya. D isitu tertera nama toko dan alamatnya. Ustaz Ali ingat, toko itu adalah milik temannya almarhum Haji Ridwan, yang bernama Komar.
Insya Allah Surga selanjutnya...
Â
Utang Budi
Pak Komar ini punya utang budi sama almarhum karna pernah dibantu modal usaha. Ustadz Ali menduga, paket kain kafan ini ada kaitannya dengan teka-teki wasiat almarhum Haji Ridwan.
Belum juga Ustadz Ali ngomong lagi, Ucok, Karyo dan Tatang rebutan nota bon itu, mereka mau menemui Pak Komar. Nota bon jadi robek, tapi Ucok, Karyo dan Tatang rela nyusun robekan itu supaya bisa terbaca alamat tokonya. Ini demi teka-teki warisan, kata mereka kompak.
Advertisement
Mencari Alamat Toko
Ucok, Karyo dan Tatang bersaing mencari alamat toko itu. Mereka yakin, Pak Komar paham arti teka-teki warisan dari almarhum Haji Ridwan. Dalam pencarian alamat itu mereka kadang akur, kadang ribut lagi. Akhirnya mereka menemukan toko yang dimaksud, tapi sayang toko yang menjual perlengkapan kematian itu sudah tutup.
Menurut orang sekitar, Pak Komar sudah sibuk jadi pengusaha. Ucok, Karyo dan Tatang makin berharap menemukan Pak Komar, kalaupun Pak Komar nggak ngerti teka-teki warisan itu, minimal kecipratan rejekinya lah, kan dia punya utang budi sama almarhum bokap gue, kata Karyo. Bokap gue juga woi!.. protes Ucok dan Tatang.
Mendadak Pucat
Akhirnya mereka berhasil bertemu dengan Pak Komar. Ucok, Karyo dan Tatang berharap Pak Komar bisa jelasin teka-teki warisan itu. Pak Komar bilang, teka-teki itu bisa kalian pecahkan kalau mau kerja sama saya. Tanpa pikir panjang, Ucok, Karyo dan Tatang langsung bilang oke. Ucok, Karyo dan Tatang yakin, pasti akan ditempatkan di posisi empuk, di perusahaan Pak Komar.
Tapi dugaan mereka salah. Pak Komar menempatkan Ucok, Karyo dan Tatang di anak perusahaannya, yang bergerak di bidang kemanusiaan, yaitu memberikan pelayanan mobil jenazah(ambulan)gratis bagi warga tidak mampu. Gubraak.. Jadi kita disuruh jadi supir ambulan jenazah?? Ucok, Karyo dan Tatang mendadak pucat.
Advertisement