Liputan6.com, Jakarta Selamat datang Ramadan. Suatu ketika di akun Twitter, presenter Tina Talisa berujar kira-kira begini, “Lagu-lagu tahun 1990-an itu apakah memakai bahan pengawet, ya? Didengarkan sekarang, kok masih enak.”
Ya, bukan rahasia lagi hit dekade 1990-an telah teruji oleh waktu termasuk lagu religi atau tembang Ramadan. Dirilis lebih dari 20 tahun silam, lagu-lagu religi berikut ini tetap enak di telinga dan tentu saja membangkitkan kenangan. Bahkan, ada yang bikin kita merinding hingga meneteskan air mata.
Advertisement
Baca Juga
Kali ini Showbiz Liputan6.com menghimpun 6 lagu Ramadan atau tembang religi yang dirilis di dekade 1990-an. Sebelum menutup hari atau menjelang sahur coba, deh dengarkan satu atau dua lagu Ramadan berikut ini. Adakah salah satunya favorit Anda?
1. Dengan Menyebut Nama Allah (Novia Kolopaking)
Lagu islami di era 1970 dan 1980-an identik dengan aransemen Timur Tengah yang notabene belum tentu cocok dengan kuping penikmat musik Indonesia. Jika dibiarkan, segmen musik islami akan sempit. Pada 1992, Dwiki Dharmawan dan AGS Arya Dwipayana membuat gebrakan dengan membuat tembang religi yang berpijak pada akar pop.
“Dengan Menyebut Nama Allah” yang dibawakan Novia Kolopaking pun meledak dipasar. Lebih dari setengah lusin penyanyi kemudian membawakan ulang lagu ini. Sebut saja Ita Purnamasari, Rita Effendy, Warna, Nagita Slavina, Marshanda, Gigi, dan lain-lain.
Advertisement
2. Maha Melihat Maha Mendengar (Rita Effendy)
Salah satu tembang religi terbaik yang pernah dibuat musisi Indonesia. Dirilis pada Ramadan 1996, “Maha Melihat Maha Mendengar” mengingatkan kita pada sifat mendasar Tuhan yang tak bisa dibohongi manusia. Serapi apapun manusia membungkus dosa, Tuhan (terlepas dari bagaimana manusia memanggil namaNya) pasti tahu.
Seniman Arie A. dan Sekar Ayu Asmara memahat lirik, “Tuhan melihat setiap warna hitam putih kelabu, lalu mengapa masih manusia melakukan dosa?” Bayangkan jika, semua orang Indonesia meresapi lirik ini. Penjara sepi, pengadilan pun lengang. Ya, kan?
3. Ketika Tangan dan Kaki Berkata (Chrisye)
Album Kala Cinta Menggoda (1997) yang legendaris itu tak hanya berisi pesta pora romantisme kepada lawan jenis. Track ke-6 adalah refleksi paling dalam dari Chrisye untuk Sang Arsitek Jagat Raya. “Ketika Tangan Dan Kaki Berkata” bagi kami bukan lagu melainkan puisi kontemplatif yang didendangkan.
“Rabbana, tangan kami, hati kami, mulut kami, mata hati kami, luruskanlah. Kukuhkanlah di jalan cahaya,” pinta Chrisye (dan juga kita semua) kepada Maha Pengasih. Pernah kami mendengar karya Taufiik Ismail ini sambil menanti imsak. Tiba-tiba tangan merinding, mata berkaca-kaca...
Advertisement
4. Pagi Ramadan (Rida dan Sita RSD)
Lagu religi tak harus mendayu dan penuh ratapan. “Pagi Ramadan” milik Rida Sita Dewi dibawakan dalam riang lewat pembagian suara yang merefleksikan harmoni. Keriaan dituangkan dalam barisan lirik ciamik, “Syukurku penuh pasrah kupanjatkan. Doa penuh kuhaturkan hanya kepadaMu Tuhan.”
Di bagian akhir lagu karya M. Luqman dan Agus "Snada" ini, kita diajak berdoa, “Ya Ilahi Robbi terimalah amal kami pada bulan suci ini, kukembali fitri.” Ramadan adalah perjalanan kembali ke fitrah. Jika setelah Ramadan kita berkubang lagi di lumpur dosa, maka patut dipertanyakan ngapain aja kita selama puasa.
5. Hanya Tuhan (Anang dan Krisdayanti)
Bisa jadi, album Hanya Tuhan (1996) yang berisi 8 nomor ini diproduksi sebagai ucapan syukur Anang-Krisdayanti atas meledaknya album debut duet mereka. “Hanya Tuhan” dinyanyikan dengan cara unik. Anang Hermansyah mempertahankan karakter rok. KD memilih setia pada cengkok pop manis.
Hasilnya, dua harmoni beda warna yang berjalan seiring. Tembang balada ini mengingatkan kita bahwa manusia sebagai makhluk paling cerdas di muka bumi sangat kecil di hadapan Allah. Videoklip "Hanya Tuhan" salah satu yang terbaik pada tahunnya.
Advertisement
6. Kumohon (Sheila Majid)
Kami ajak Anda menyeberang ke Negeri Jiran. Sheila Majid pada 1999 merilis album sekuler. Ajaibnya, lagu yang dijadikan single perdana justru menceritakan komunikasi intensif antara manusia dan Tuhan berjudul “Kumohon.”
Karya Sheila Majid dan Koki Yee Chedw ini mengandaikan hidup seperti kaca tipis yang kita sangga. “Ada kala kumerasa, hidup ini seperti kaca. Jikalau tidak bersabar hancur berderailah akhirnya,” ucap sang diva. Suaranya yang kalem dan meneduhkan membuat kita tak merasa digurui oleh lagu ini.