Liputan6.com, Jakarta Insya Allah Surga Rabu malam ini. Gempa sudah reda, sekarang hampir sebagian warga desa mengungsi di Mushola, termasuk Ucok, Karyo, Tatang dan eman-emaknya. Semua pada parno takut mati, saking parnonya semua jadi damai, yang punya konflik pada maaf-maafan, yang merasa banyak dosa pada tobat, yang punya utang juga pada bayar.
Kisah Insya Allah Surga makin seru. Ucok, Karyo, Tatang dan para emak juga berdamai. Mereka sepakat nggak mau bersaing lagi perebutin warisan, karena kalau mati kan nggak bawa apa-apa. Ustaz Ali senang karena Mushola jadi ramai, meski tujuan warga di situ untuk ngungsi, tapi di waktu salat mereka semua berjamaah meski hanya pas salat Maghrib saja.
Ustaz Ali meminta agar warga jangan jadi takut berlebihan, karena di balik bencana ini pasti ada hikmah dari Allah SWT. Ustaz Ali dan Pak Kades meminta warga kembali ke rumahnya masing-masing, tapi gara-gara omongan Ucok warga tetap mau bertahan di situ. Ucok bilang, lebih baik tetap ngungsi di musala, jadi kalau nanti ada gempa susulan dan kita mati, matinya di musala, dijamin masuk surga tuh.
Advertisement
Baca Juga
Padahal Ucok ngomong begitu supaya Asma nggak pulang dan ikut ngungsi di situ, kan jadi bisa ketemu terus. Tapi sayangnya Asma memilih pulang. Salwa juga disuruh pulang sama Pak Kades, padahal Salwa pengen tetap ngungsi di Mushola biar bisa sama Tatang terus.
Ucok dan mamaknya ngenes banget karena rumah yang mau dijual kabarnya roboh karna gempa, Ucok gagal dapat komisi, untung Tatang, Karyo dan emak-emaknya masih pada parno gempa, jadi Ucok dan mamaknya bebas dari bully-an mereka.
Episode Insya Allah Surga masih berlanjut.
Jaminannya
Hari itu sumbangan dari luar desa berdatangan, ada sembako maupun uang. Untuk mengurus sumbangan sembako, Ali menyuruh Asma, Salwa, Atun dan Umar yang mengatur. Sementara untuk sumbangan uang, Ali mempercayakan Ucok, Karyo dan Tatang yang memegang.
Pak Kades dan Nurdin langsung protes ke Ali, yakin percayain mereka bertiga pegang uang?!.. Ali minta Pak Kades dan Nurdin tidak souzon dulu. Karna menurut Ali sekarang mereka bertiga sudah pada tobat dan berusaha jadi orang baik, Ali bersedia jadi jaminannya jika terjadi apa-apa pada uang sumbangan itu.
Sementara itu, diam-diam Asma makin kagum sama Tatang yang sekarang semangat untuk jadi cowok sholeh. Tatang juga bahagia banget karena sekarang Asma jadi sering nunjukin perhatian padanya. Misalnya saat Tatang meriang, Asma membuatkan Tatang jamu.
Ucok jadi cemburu, dia pura-pura sakit juga, bahkan Ucok bilang sakitnya borongan, mulai dari meriang, masuk angin, pusing, batuk, encok sampai asam urat. Asma juga akan buatkan Ucok jamu, Ucok girang banget. Tapi pas diminum, jamunya pahit banget. Kan sakitnya banyak jadi ramuannya banyak juga, kata Asma. Ucok terpaksa minum sampai habis demi tak mengecewakan Asma.
Advertisement
Donatur
Ternyata Bulan, Klanting dan Euis juga beneran pada tobat. Mereka nggak bersaing lagi, nggak julid-julidan lagi, pokoknya mereka beneran takut mati, makanya berusaha jadi akur. Padahal hari itu Shinta datang menengok mereka dan memberikan sumbangan uang untuk ketiga istri dan anak-anak almarhum H.Ridwan. Tapi Bulan, Klanting dan Euis sepakat uang itu diserahkan ke Ustadz Ali untuk digabungkan dengan sumbangan donatur lainnya.
Sementara itu Karyo lagi galau banget. Karyo pikir, dia harus segera menikah, jadi kan kalau ada gempa lagi dan dia meninggal, jadi nggak penasaran karna sudah pernah nikah. Karyo mulai gencar lagi PDKT sama Salwa. Hari itu pas Karyo deketin Salwa, Salwa malah curcol
dia lagi pengen banget ganti HP yang lebih mahal, yang kameranya lebih jahat. Karyo jadi mikir, kalau gue beliin HP itu buat mahar, Salwa pasti nerima lamaran gue nih.. Tapi Karyo bingung, dari mana dia dapat duit untuk beli HP seharga 20 juta? Seketika Karyo kepikiran sama uang sumbangan gempa yang sekarang lagi dipegang Tatang. Setan di hati Karyo mulai membujuk, Karyo bimbang banget.
Amplop Sumbangan
Malam itu saat semua sudah tidur pulas, pelan-pelan Karyo mau mengambil amplop uang yang disimpan di tas-nya Tatang. Tapi karena tas itu dijadikan bantal oleh Tatang, ngambilnya jadi susah. Tapi akhirnya Karyo bisa juga mengambil tas itu. Baru saja mau buka tasnya, tiba-tiba pundak Karyo ditepuk dari belakang oleh seseorang. Pas Karyo noleh, orang itu adalah almarhum H.Ridwan. Kontan Karyo langsung pingsan.
Tapi padahal, itu bukan arwah maupun hantunya H.Ridwan. Yang nepuk Karyo adalah Nurdin, karna sangking tegangnya Karyo jadi halu, melihat orang jadi seperti melihat sosok bapaknya. Tapi mirisnya Nurdin malah memanfaatkan kesempatan itu, Nurdin mengambil uang dari amplop sumbangan itu.
Advertisement