Liputan6.com, Jakarta Tahun ini Krisdayanti diperbincangkan, bukan soal pencapaian di industri musik melainkan panasnya hubungan sang diva dan Raul Lemos dengan dua anak dari pernikahan sebelumnya, Aurel dan Azriel Hermansyah. Kondisi ini berbanding terbalik dengan 20 tahun silam.
Masih jelas di ingatan, pada 2000, Krisdayanti merilis album Mencintaimu dipayungi Warner Music Indonesia. Mengedepankan hit “Mencintaimu” karya Bebi Romeo, album ini terjual 400 ribu kopi. Bersama album ini, Krisdayanti meraih gelar diva.
Advertisement
Baca Juga
Mencintaimu album solis wanita tersukses di milenium baru. Krisdayanti bukan satu-satunya yang meraih kegemilangan pada tahun Naga Emas. Dalam catatan kami, ada 6 musisi lain yang mengangkasa di era Y2K. Simaklah laporan khas Showbiz Liputan6.com.
1. Sheila on 7: Kisah Klasik Untuk Masa Depan
Setahun setelah album debut mereka terjual sejuta keping, Sheila on 7 kembali dengan Kisah Klasik Untuk Masa Depan. Album ini memfiturkan banyak hit. Yang paling membekas di ingatan, tentu “Sephia.” Oleh khalayak, Sephia lantas dijadikan sinonim selingkuhan alias kekasih gelap.
Berbincang dengan kami lewat sambungan telepon pekan ini, mantan petinggi Sony Music Indonesia, Jan Djuhana, mengenang, “Sheila on 7 adalah satu-satunya band maupun solis Tanah Air yang tiga albumnya berturut-turut terjual di atas sejuta keping.” Catat!
Advertisement
2. Dewa: Bintang Lima
Selamat tinggal Ari Lasso, selamat datang Elfonda Mekel alias Once. Bintang Lima adalah episode baru Dewa 19 setelah kehilangan vokalis karismatik. Siapa sangka, Once mengantar grup musik ini ke puncak penjualan tertinggi sepanjang karier, yakni 1,7 juta kopi menyamai Kisah Klasik Untuk Masa Depan.
Album menyejarah ini menyimpan sejumlah pusaka berlirik syahdu yakni “Roman Picisan,” “Dua Sejoli,” “Separuh Nafas,” dan “Risalah Hati.” Di album ini, angka 19 yang melekat di belakang kata Dewa tanggal.
3. Jamrud: Ningrat
Yang bilang musik rok tak menjual pasti belum dengar album Ningrat milik Jamrud. Dirilis di pengujung 2000, Ningrat merefleksikan kapasitas bermusik band ini dalam merangkai lirik bertema beragam. Dari yang puitis ala “Pelangi Di Matamu,” nakal kayak “Surti Tejo,” hingga kritik sosial sepedas “Ningrat.”
Ragam tema seindah spektrum warna menjadikan Ningrat unggul dari aspek kualitas maupun kuantitas. Album ini terjual 1,8 juta keping. Versi lain menyebut, Ningrat telah sampai ke level 2 juta keping.
Advertisement
4. Reza Artamevia: Keabadian
Terlalu berisiko jika seorang pendatang baru vakum tiga tahun lamanya. Reza membuktikan teori ini tak sepenuhnya pas. Setelah album Keajaiban (1997), ia baru merilis Keabadian pertengahan 2000. Album ini terjual lebih dari 300 ribu kaset. Kesuksesannya membayangi Krisdayanti.
Selain “Biar Menjadi Kenangan” dan “Keabadian,” album ini punya sejumlah hit tanpa video klip di antaranya “Cinta Kan Membawamu Kembali” serta “Aku Wanita.” Judul yang disebut terakhir dinyanyikan kembali oleh BCL dan sukses.
5. Jikustik: Seribu Tahun
Yogyakarta menjadi lumbung musisi selain Bandung, Surabaya, dan Jakarta. Setahun setelah Sheila on 7 meledak dengan “Dan,” Jikustik bersama Warner Music memperkenalkan album Seribu Tahun. Yang khas dari Jikustik, lagu cinta mereka romantis meski tanpa kata cinta.
“Maaf” dan “Saat Kau Tak Di Sini” merajai ratusan tangga lagu. Beberapa bulan kemudian album yang terjual 200 ribu kaset lebih ini dirilis ulang dengan tambahan hit legendaris “Setia.” Seribu Tahun repackage menciptakan tren album kemas ulang. Ia contoh album kemas ulang tersukses sepanjang masa.
Advertisement
6. Caffeine: Hijau
Caffeine band lulusan album kompilasi Indie Ten (Sony Music, 1998). Album ini melahirkan sederet musisi besar seperti Wong, Padi, dan Cokelat. Dua tahun setelah Indie Ten, Caffeine merilis album Hijau dengan dua hit abadi, “Kau Yang Telah Pergi” dan “Hidupku Kan Damaikan Hatimu.”
Di tengah sengitnya persaingan pada tahun 2000, Hijau terjual lebih dari 200 ribu kaset. Versi lain menyebut, tiras album ini mendekati 400 ribu. Tahun berikutnya, Hijau versi repackage diedarkan dengan hit baru “Seperti Bidadari.”