Liputan6.com, Jakarta - Curhatan Fauzi Baadilla melalui fitur Instagram Stories mendapat banyak reaksi dari banyak pihak. Kali ini, giliran komunitas #savejanda yang merasa kecewa dengan unggahan bintang film Mengejar Matahari.
Fauzi Baadilla dianggap mendiskreditkan para perempuan yang berstatus janda dalam unggahannya di Instagram Stories.
Fauzi Baadila melalui akunnya @fauzibaadilla_ menaruh kata janda, sebagai kata teratas yang telah mengganggu hidupnya dengan berbasa-basi dan bergenit-genit ria di pesan pribadinya.
Advertisement
“Tolong untuk para janda2, istri2 orang, ibu2 genit, account2 private..…dengan segala hormat.. gak perlu basa basi dan bergenit-genit ria melalui DM, tolong sadar diri dan tahu diri (lo pikir gue fantasi milik bersama). Harap maklum, terima kasih dan jangan baper…,Apabila masih tetap DM, gue block,” tulis Fauzi Baadilla.
Baca Juga
Stigma Negatif
Sebagai figur publik yang memiliki 417 ribu pengikut di akun media sosial, sadar tidak sadar Fauzi Baadilla dianggap oleh salah satu komunitas #savejanda akan membuat stigma negatif terhadap kata janda.
Hal ini tentu memicu kekecewaan para janda. Karena tidak semua janda berperilaku genit dan menggoda.
Advertisement
Memprihatinkan
Menurut Myrna Soeryo, praktisi humas yang juga pendiri komunitas #SaveJanda seiring dengan suburnya budaya misogini serta sistem sosial patriarki, maka kata janda cenderung lebih banyak ditempelkan dengan kata-kata yang menimbulkan stigma negatif dibandingkan dengan kata duda.
"Sangat memprihatinkan jika seorang publik figur menuliskan kalimat yang justru semakin menguatkan stigma negatif janda. Padahal kata janda hanya sebuah status yang bisa menimpa siapa saja seperti halnya duda," kata Myrna Soeryo di Jakarta, Selasa (16/6/2020).
Ironis
"Ironis memang. Kata janda telah diperjualbelikan sedemikian rupa hanya untuk kepentingan pihak-pihak tertentu tanpa mengindahkan bagaimana pembentukan opini negatif terhadap kata janda. Dan ini terus berlangsung," dia menambahkan.
Lebih jauh Myrna mengatakan, kata janda genit, janda gatal, janda perebut laki orang, hanyalah sebagian kata-kata yang kerap kita dengar mengenai status janda.
Advertisement
Janda Cerai Baru
Padahal menurut Laporan Tahunan Mahkamah Agung (MA) 2019, terdapat 485.223 janda cerai baru. Hal ini berarti ada 485.223 janda yang bisa mendapat stigma negatif atas status baru mereka sebagai seorang janda.
"Hidup sebagai seorang janda tidaklah mudah. Mereka harus mampu tetap menjadi seorang ibu (bila memiliki anak) sekaligus kebanyakan janda juga menjadi tulang punggung keluarga. Mereka harus berjuang untuk dapat menghidupi anak-anak atau keluarga mereka secara layak sambil tetap memberikan pengasuhan yang benar," tutur Myrna.
Takut Dipandang Negatif
Sementara menurut Firliana Purwanti, seorang politisi pemerhati isu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, bahwa para korban perempuan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), 70 persen memilih untuk kembali ke pernikahan toksik mereka dengan alasan ekonomi, anak, termasuk karena takut diberikan label status baru: janda.
Dikatakan Firliana banyak janda yang akhirnya memilih untuk disebut dengan julukan orangtua tunggal atau menyembunyikan status barunya, karena takut dipandang oleh masyarakat luas secara negatif.
"Sebenarnya sangatlah salah pandangan yang menganggap bahwa janda cerai kurang terhormat daripada janda yang ditinggal meninggal oleh suaminya. Justru para janda cerai harus memberikan apresiasi kepada diri mereka sendiri karena berhasil dan berani keluar dari pernikahan toksik atau pernikahan yang kurang menyenangkan," kata Firliana. (Kapanlagi.com)
Advertisement