Liputan6.com, Jakarta Berpulangnya Sapardi Djoko Damono ke pangkuan Sang Pencipta pada Minggu (19/7/2020), menjadi pukulan bagi penikmat sastra Tanah Air. Unggahan terakhir Sapardi Djoko Damono di Instagram, membuat hati warganet semakin pilu.
Pasalnya, unggahan bertanggal 10 Juni 2020 ini mengenai tulisan yang tengah ia kerjakan. Dalam latar biru polos, tertera nama Sapardi Djoko Damono dan tulisan "novela minuman keras".
Dalam caption, Sapardi Djoko Damono menulis, "(WORK IN PROGRESS) Barngkali hidup adalah doa yang panjang dan sunyi adalah minuman keras. Ia mengangguk, entah kepada siapa."
Advertisement
Baca Juga
Rasa Kehilangan Warganet
Unggahan ini langsung dipenuhi dengan ucapan dukacita warganet. Kolom komentar penuh dengan rasa kehilangan atas kepergian penyair "Aku Ingin".
Advertisement
Ucapan Selamat Jalan untuk Eyang
"Selamat jalan eyang, semoga lebih tenang dan bahagia disana ya eyang. terimakasih atas karya karya mu," tulis @sinawasinarate.
"Buku buku eyang di rumahku belum ada satu pun yang ditanda tanganin eyang, kenapa pergi duluan," tutur @cakecurlyy.
"Eyangg selamat jalannn doa menyertaiii," tutur @akuyolann.
Â
Masuk Trending Topic
Kesedihan atas meninggalnya Sapardi Djoko Damono juga dituangkan oleh para pengguna Twitter. Saat berita ini ditulis, "Pak Sapardi", Eyang, Hujan Bulan Juni, hingga tagar bertuliskan namanya, masuk menjadi trending topic di Indonesia.
Â
Advertisement
Aktif di Media Sosial
Semasa hidup, mendiang Sapardi Djoko Damono memang terbilang aktif bersosial media. Mulai dari memberikan kabar mengenai kegiatan sehari-hari maupun kepenulisan, hingga bincang-bincang live streaming.
Memasuki bulan Juni 2020 misalnya, mendiang Sapardi sempat mengunggah tiga buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni yang dicetak ulang dari masa ke masa.
"Nanti malam kita menyeberang ke Juni, alhamdulillah. Di musim pancaroba dan pandemi tetaplah tabah, bijak, dan arif. Usir yg jahat, undang segala yang baik. Amiiin," tulisnya kala itu.
Sakit
Di pengujung hidupnya, Sapardi Djoko Damono beberapa kali masuk rumah sakit. Hal ini diungkap mantan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Dadang Sunendar, yang sempat membesuknya.Â
"Sakitnya saya tidak tahu persis, tapi memang beliau beberapa kali masuk rumah sakit. Dan mungkin karena faktor usia juga," jelas dia.
Advertisement