Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tak mengenal larik demi larik puisi "Aku Ingin" dari mendiang Sapardi Djoko Damono?
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu..."
Kata-kata puitis ini tercantum dalam kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono bertajuk Hujan Bulan Juni yang terbit tahun 1994. Tapi bukan berarti penikmatnya hanya mereka yang besar di era 90-an. Gen Z pun ikut terhanyut dengan kalimat puitis Sapardi Djoko Damono ini.
Advertisement
Baca Juga
Saat tampil sebagai salah satu pembicara dalam sebuah program di ASEAN Literary Festival 2016, penyair kelahiran tahun 1940 tersebut sempat menceritakan makna di balik kalimat "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana."
Seperti apa?
Banyak Interpretasi
Kala itu, dalam sesi bincang-bincang bersama Joko Pinurbo dan Sapardi Djoko Damono, Najwa Shihab yang berperan sebagai moderator sempat bertanya soal ini.
"Saya tanya kepada penciptanya. 'Mencintaimu dengan sederhana. Adakah maksud lain ketika menuliskan itu, Pak Sapardi? Ada banyak sekali interpretasi orang terhadap kalimat terkenal itu," tanya Najwa.
Momen ini terlihat dalam unggahan bertajuk "A Rare Conservation: Sapardi Djoko Darmono -Joko Pinurbo" di akun YouTube Asean Literary Festival yang dibagikan pada 2016 silam.
Advertisement
Interpretasi Masing-Masing
Sapardi ketika itu menjawab, memang sudah seharusnya puisi dihidupkan oleh interpretasi masing-masing pembacanya.
"Ya tentu memang puisi itu hidup lewat interpretasi masing-masing. Kalau cuma satu ya sudah, sekali bisa habis," jawabnya.
Api, Kayu, Abu
Ia mengatakan simbolisasi abu, kayu, dan api membuat banyak orang berpikir. "Sebelum sempat menyampaikan cintanya, sudah jadi abu. Jadi enggak sampai," kata Sapardi Djoko Damono.
"Loh jadi enggak sampai? Ternyata cinta tak sampai loh ini," sambar Najwa Shihab.
Sapardi Djoko Damono langsung membalas, "Bukan, cinta beneran, itu cinta beneran."
Advertisement
15 Menit
Saat ditanya mengenai proses pembuatan puisi "Aku Ingin", Sapardi menyebut tak perlu waktu lama, bahkan sampai seharian seperti yang semula dikira Najwa.
"Kok ya satu hari, berapa menit itu. (Sekitar) 15 menit," tuturnya, disambut tepuk tangan hadirin. Ia menambahkan, bahwa puisi tersebut ia buat lewat tulisan tangan.
Penurunan Fungsi Organ
Seperti diberitakan sebelumnya, Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada hari ini, Minggu (19/7/2020). Ia mendapat perawatan intensif di Eka Hospital BSD Tangsel sejak 9 Juli 2020 lalu.
Dari keterangan pihak keluarga, sang penyair meninggal dunia karena penurunan fungsi organ.
Advertisement