Majelis Lucu Indonesia Suguhkan Stand Up Tanpa Sensor

Dengan adanya digital download ini harapannya semua kelas ekonomi masyarakat dapat menikmati konten special show stand up komedi dan yang lainnya di masa pandemi ini. Selain itu juga sebagai collectibles item yang bisa mereka jadikan personal style melalui berbagai bentuk konten media dan juga merchandise.

Majelis Lucu Indonesia (MLI) didirikan oleh Tretan Muslim, Coki pardede, Andriano Qalbi, Patrick Effendy dan Joshua Suherman. Majelis Lucu Indonesia (MLI) menjadi salah satu perusahaan komedi kreatif yang berbasis komedi, yang dekat dengan kenyataan, bahkan sering dianggap diambang batas kesopanan. 

Saat ini, Majelis Lucu Indonesia (MLI) menaungi beberapa talent di antaranya yaitu Tretan Muslim, Coki Pardede, Ananta Rispo, Rigen Rakelna, Adriano Qalbi, Gian Luigi, Danny Adhitya, Dono Pradana, Priska Baru Segu, Dustin Tiffani, dan masih banyak lainnya. 

Majelis Lucu Indonesia (MLI) mengembangkan talentnya dalam bentuk content program yang dirilis di youtube channel Majelis Lucu Indonesia dengan subscriber hingga saat ini lebih dari 1,2 Juta. Beberapa konten yang diminati viewers di antaranya adalah Pingin Siaran, Fix Serem, Podcast Awal Minggu, bahaya Menganggur, Kolong Meja, Bondo Wani, Difabel On Trip dan masih banyak lagi program dengan rata-rata 500K viewers per videonya 

Pada fase pertama ini, Majelis Lucu Indonesia (MLI) meluncurkan 5 (Lima) konten special eksklusif MLI yaitu Lo Pikir Lo Keren oleh Adriano Qalbi, Begituya oleh Kukuh, Wedding Proposal oleh Rigen Rakelna, Dewa Komedi Indonesia oleh Ananta Rispo, dan Tau Deh Yang Pinter oleh Adriano Qalbi. 

Tidak hanya konten ekslusif, Majelis Lucu Indonesia (MLI) juga akan menghadirkan banyak konten komedi dari special show dari banyak standup komedian Indonesia dan juga konten komedi special lainnya. Informasi tentang perusahaan maupun talent talent pun akan tercantum dengan lengkap di website Majelis Lucu Indonesia (MLI). 

Majelis Lucu Indonesia (MLI) dengan semua sepak terjang nya selalu mengangkat fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari hari di mana kebanyakan orang lain tidak berani mengangkat isu itu ke ranah publik karena dianggap terlalu sensitif dan bisa merugikan diri sendiri. 

“Tertawalah, karena tertawa itu bisa di beli!” ujar Patrick Effendy.