Liputan6.com, Jakarta - Perkenalkan, nama cewek ABG ini adalah Enola Holmes (Millie Bobby Brown). Kalau dibalik, namanya jadi alone, alias sendirian. Kata orang, nama adalah doa. Begitu pun sang ibu, Eudoria Holmes (Helena Bonham Carter), yang memberikan nama ini dengan harapan supaya anaknya bisa berdiri di atas kaki sendiri.
Benar saja, ia tumbuh besar dengan baik-baik saja tanpa kehadiran sang ayah yang meninggal sejak Enola Holmes kecil, atau dua abangnya, Mycroft (Sam Claflin) dan Sherlock (Henry Cavill). Ya, Sherlock Holmes sang detektif yang terkenal seantero London dan Inggris Raya.
Advertisement
Baca Juga
Seperti namanya yang tak biasa, Enola dibesarkan dengan cara yang tak umum untuk gadis seusianya. Bukannya diajari tata krama keputrian, ia malah membaca setumpuk buku, mendalami sains, main catur, memanah, hingga latihan bela diri.
Semua adalah ajaran sang ibu. “Ibuku adalah duniaku,” kata Enola Holmes. Dan dunianya mendadak jungkir balik saat sang ibu menghilang tanpa pesan pada suatu malam.
Abang Pulang
Mycroft dan Sherlock langsung dipanggil untuk mudik. Bukannya temu kangen saat berjumpa sang adik yang sudah lama tak mereka dengar kabarnya, keduanya justru kaget melihat bagaimana Enola dibesarkan. Terutama Mycroft.
Sebagai orang yang kini memegang hak perwalian sang adik, ia berkukuh untuk memasukkan Enola ke sekolah keputrian, demi menjadikannya “gadis baik-baik”.
Advertisement
Mencari Ibu, Menghadapi Pembunuh
Enola, tentu tak terima. Apalagi ia menemukan sejumlah petunjuk soal sang ibu dari benda-benda milik wanita tersebut.
Dengan nekat, ABG yang tak pernah pergi jauh dari rumahnya di pedalaman Inggris ini kabur menuju London. Di perjalanan, ia bertemu Tewkesbury (Louis Partridge), remaja yang juga kabur dari rumahnya.
Tapi baru bertemu, Enola malah terseret dengan bahaya yang mengancam Tewkesbury. Ia diincar seorang pembunuh bayaran. Tak mau tinggal diam, Enola berusaha menangani dua hal sekaligus: hilangnya sang ibu dan misteri di balik sang pembunuh.
Magnet Millie
Millie Bobby Brown, adalah magnet kuat di atas layar. Titik.
Sejak menit-menit pertama ia berhasil melepas topeng Eleven, peran ikonik yang ia lakoni dalam serial kondang Stranger Things. Ia adalah Enola yang pemberani, periang, pintar, nekat, sekaligus naif.
Menjadi semakin menarik, karena dalam film berdurasi dua jam ini, ia adalah satu-satunya karakter yang mendobrak dinding keempat. Ia berbicara, bertanya, melirik, hingga melempar kedipan kepada penonton.
Keputusan sutradara Harry Bradbeer untuk mendobrak dinding keempat—alias breaking the fourth wall—ini adalah sebuah langkah cerdas. Tak hanya membuat karakter Enola menjadi dua kali lebih kenes dan filmnya lebih menggelirik, tapi juga efektif dalam membawa penonton ikut larut dalam petualangan sang detektif ABG.
Advertisement
Sherlock Holmes Rasa Lain
Karena porsi penceritaan memang sangat difokuskan kepada Enola, karakter pendamping seperti Sherlock, Mycroft, dan Eudoria memang terasa sedikit terpinggirkan. Hanya saja keberadaan aktris sekelas Helena Bonham Carter terasa sayang bila “dimanfaatkan” hanya segitu saja.
Sementara para penggemar setia Sherlock, mungkin bakal sedikit mengerutkan dahi melihat penggambaran karakter ini yang jauh berbeda dari biasanya. Di sini, sang detektif kondang diperlihatkan jauh lebih hangat, bahkan penyayang.
Ya…apa boleh buat. Enola Holmes memang difilmkan bukan dari adaptasi kanon milik Sir Arthur Conan Doyle. Melainkan dari novel remaja penulis Amerika Serikat, Nancy Springer.
Feminisme
Sementara itu, topik feminisme juga begitu kental dimasukkan ke dalam film ini. Dari yang berhubungan soal sejarah, yakni hak suara wanita dalam pemilu, hingga penggambaran tokoh Enola.
Karakternya jauh dari penggambaran damsel in distress layaknya film-film jadul—atau bahkan sejumlah sinema modern. Justru Enola yang menyelamatkan dirinya sendiri, dan tokoh lain. Ia juga diperlihatkan berjuang dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
Advertisement
Film Detektif
Sementara sebagai film misteri detektif, Enola Holmes juga tetap dibekali sejumlah elemen mendasar dari genre ini. Mulai dari unsur whodunit—atau menebak-nebak siapa penjahatnya, sampai twist untuk mengagetkan penonton.
Kesimpulannya, Enola Holmes adalah sebuah film ringan yang mudah dicerna, tapi memiliki banyak lapisan yang menarik dan menggigit. Alhasil, boleh juga bila Anda memasukkan film yang diputar Netflix ini dalam daftar tontonan akhir pekan nanti.