Sukses

Bleeding Steel: Jackie Chan Enggak Ada Matinya, Kocak Berkat Polah Aktor Show Lo

Film aksi dibintangi Jackie Chan sudah paling benar. Alurnya ringkas, cenderung enteng, diselingi selera humor agar penonton tak terlalu tegang.

Liputan6.com, Jakarta - Punya waktu senggang usai work from home dan ingin mengisinya dengan menonton film? Bisa jadi yang Anda butuhkan film aksi “hore-hore” dengan alur tak bikin kepala cenat-cenut seperti Bleeding Steel.

Harus diakui, Bleeding Steel tipe film aksi Jackie Chan kebanyakan. Yang membuatnya beda adalah akar cerita berbasis riset teknologi yang membuat film ini kental dengan nuansa futuristik.

Tentu saja Jackie Chan harus menjadi pemeran utama. Tak terkesan maksa karena Bleeding Steel sengaja membenturkan Jackie Chan yang mewakili generasi tempo doeloe dengan teknologi kekinian.

 

2 dari 7 halaman

Dilema Sang Inspektur

Bleeding Steel memulai kisahnya dengan dilema yang dihadapi Inspektur Lin (Jackie Chan). Lin dikabari dokter Wu (Bowie Lam) bahwa putrinya, Xixi (Elena Askin) kritis. Sel-sel kanker darah telah menyebar ke seluruh tubuh Xixi dan hidupnya tinggal menghitung jam.

Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Lin dikontak Susan (Erica Xia Hou). Susan memberi tahu bahwa Dokter James (Kim Gyngell) disergap oknum yang mengincar jantung mekanis. Jantung mekanis ini berhubungan dengan proyek bioroid di masa depan.

Tiga belas tahun berlalu sejak penyergapan mematikan itu, cerita beralih ke Sydney, Australia. Di sana ada Nancy (OuYang Nana) yang rajin menemui cenayang lantaran kerap mengalami mimpi buruk.

3 dari 7 halaman

Nancy Diburu

Ingin mengurangi dampak psikologis mimpi buruk, Nancy malah diburu Woman in Black (Tess Haubrich), anak buah Andre (Callan Mulvey). Lin yang berada di sana berupaya menyelamatkan Nancy. Penyelamatan ini melibatkan pemuda bernama Leeson (Show Lo) yang diam-diam jatuh hati pada Nancy.

Bleeding Steel kami sebut tak jauh beda dengan film-film aksi Jackie Chan sebelumnya karena karakternya relatif sama. Pria berlatar belakang militer atau kepolisian, hidup sebatang kara atau minimal punya anak, terlibat pusaran konflik tingkat dewa, dan berupaya menyelesaikannya sendiri.

Tentu tidak mampu mengingat Jackie di layar lebar tetaplah manusia. Maka ada dua-tiga orang yang melingkungi untuk menolongnya. Jackie Chan seperti biasa dibekali kemampuan seni bela diri bebas, kecerdasan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya, plus menembak.

 

4 dari 7 halaman

Menebak Kegilaan

Lalu harus ada cewek cantik yang bisa bela diri juga. Dia bukan pemanis, karena seiring alur menjelma pasangan sepadan buat Jackie. Perihal villain atau musuh utama, tentu tak main-main, dengan latar seusai kebutuhan cerita. Maka, bagi penggemar Jackie Chan, alur macam ini minim kejutan.

Kita tinggal menebak kegilaan apa yang akan dilakukan Jackie Chan di medan tempur. Lokasi bisa di mana saja, dari kedai makanan cepat saji, gedung pertunjukan (dalam hal ini gedung opera Sydney yang ikonis), sampai jalanan becek.

5 dari 7 halaman

Terbang ke Pucuk Gedung Opera

Minim kejutan bukan berarti tak ada kejutan sama sekali. Satu adegan yang bikin ketar-ketir, Jackie Chan dan Woman in Black (ya, dia perempuan tulen). Keduanya “terbang” ke pucuk gedung opera Sydney lalu bertengger di salah satu sudut sambil baku hantam.

Keduanya terpelanting dan meluncur dari ketinggian. Buat yang fobia tinggi, siap-siap tutup mata. Pesona lain datang dari aktor Show Lo. Sepintas mirip Rizky Febian. Ia tampil konyol dan harus diakui, dialah penyegar suasana.

 

6 dari 7 halaman

Perkembangan Signifikan

Pola hubungannya dengan Lin dan Nancy mudah ditebak. Namun memperlihatkan perkembangan signifikan dari rindu dendam, diragukan lalu dipercaya, hingga membalik keadaan saat nyaris ditinggalkan.

Tak punya kemampuan bela diri dan (hampir) bodoh, karakter Leeson menjadi genius di saat genting. Bakat menyamar dan pura-pura mati ala Leeson sukses bikin kami ngakak. Nuansa komedi yang dibawa Show Lo jauh lebih menarik ketimbang hubungannya dengan Nancy dan Lin itu sendiri.

Bleeding Steel lebih segar ketimbang beberapa film Jackie Chan belakangan seperti Kung Fu Yoga atau Railroad Tiger. Ia lebih colorful ketimbang Foreigner yang kelam dan sok misterius. Keunggulan lain film ini terletak pada kejelian Leo Zhang menjaga tempo.

7 dari 7 halaman

Show Lo Pencuri Adegan

Satu misteri pecah, misteri lain mengambang. Penonton seolah tak diberi jeda dan dikondisikan menebak. Kita tahu benang merahnya namun detail-detail yang muncul perlahan sayang untuk dilewatkan. Dalam Bleeding Steel, Jackie Chan poros utama. Show Lo adalah pencuri adegan.

Kombinasi keduanya bisa dibilang saling melengkapi. Beberapa lubang di naskah bisa termaafkan berkat upaya keduanya membius penonton dengan polah mereka. Bleeding Steel boleh dibilang obat kangen bagi Anda yang gagal menonton Vanguard di bioskop akibat wabah Covid-19 awal tahun ini.

Oh, omong-omong soal bioskop, Bleeding Steel yang dirilis pada 2018 bisa Anda tonton kembali di aplikasi KlikFilm atau mengunjungi situs resminya. Kerja sama KlikFilm dan Celestial Movies tahun ini memungkinkan Bleeding Steel diakses di platform digital secara legal. Yuk!

 

 

Pemain: Jackie Chan, Ouyang Nana, Callan Mulvey, Show Lo, Benjamin Chardron

Produser: Paul Currie, Aileen Li

Sutradara: Leo Zhang

Penulis: Leo Zhang, Etica Xia-Hou, Siwei Cui

Produksi: Heyi Pictures, Perfect Village Entertainment

Durasi: 1 jam, 38 menit