Liputan6.com, Jakarta Yang ramai dibahas warganet pekan ini, film Pengkhianatan G30S/PKI (juga dikenal dengan judul Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI -red) karya Arifin C. Noer. Film Pengkhianatan G30S/PKI yang berdurasi 4 jam dan 30 menit ini tayang di SCTV baru-baru ini dan disambut hangat.
Inilah film yang paling sering disiarkan dan ditonton dalam sejarah sinema Indonesia. Film Pengkhianatan G30S/PKI diwarnai sejumlah kontroversi. Di era Orde Baru, film ini wajib tayang tiap 30 September.
Advertisement
Baca Juga
Showbiz Liputan6.com mewawancara istri mendiang Arifin C. Noer, yakni Jajang C. Noer, yang kala itu menjabat pencatat adegan selama syuting film Pengkhianatan G30S/PKI. Hasilnya kami rangkum dalam laporan khas enam fakta di balik layar film Pengkhianatan G30S/PKI.
1. Syuting 1,5 Tahun Lamanya
Ketika megaproyek film Pengkhianatan G30S/PKI digagas, ada dua sineas yang jadi kandidat kuat yakni Teguh Karya dan Arifin C. Noer. Nama yang disebut terakhir akhirnya terpilih.
“Memang dua kandidat dan Arifin yang terpilih. Saya kurang paham pertimbangannya apa saja mengingat keduanya sineas besar. Syuting film ini selama 1,5 tahun. Lama sekali, persiapannya sekitar dua bulan,” Jajang mengenang.
Advertisement
2. Adegan Basuh Muka Dengan Darah
Salah satu adegan yang paling bikin merinding, saat D. I. Panjaitan diculik dan tak pernah kembali. Yang tersisa dari penculikan keji ini ceceran darah di lantai rumah. Sang putri berteriak histeris lalu membasuh wajahnya dengan darah di lantai.
“Ayahnya berdoa (kalau tidak salah) lalu dihajar dengan popor. Dibawa dari rumah lalu darahnya tercecer di lantai. Lalu ia membasuh mukanya dengan itu karena tak sempat bertemu ayahnya untuk kali terakhir,” Jajang mengulas.
3. Musik Yang Mencekam
Film Pengkhianatan G30S/PKI disebut memiliki aura gloomy yang kuat dan menyisakan kesan mendalam di benak penonton. Selain cerita yang dekat dengan masyarakat Indonesia, Jajang C. Noer menyebut musik punya peran penting.
“Suasana syuting tidak mencekam. Yang bikin film ini terasa mencekam salah satunya tata musik oleh Embie C. Noer, yang menghanyutkan emosi penonton,” beri tahu Jajang C. Noer saat diwawancara via telepon, Selasa (29/9/2020).
Advertisement
4. Syuting Penculikan Malam Jumat
Tahukah Anda, syuting adegan penculikan para jenderal berlangsung tiap malam Jumat. Konon, ini sama dengan kejadian sebenarnya. Jajang C. Noer membenarkan ini. “Betul, itu kebetulan sekali. Tanpa disengaja,” ujar bintang film Athirah dan Berbagi Suami.
“Menurut skedul syuting (adegan penculikan) jatuh pada malam Jumat. Kami syuting dari siang tapi adegan itu diambilnya pas Kamis malam. Kami menyadarinya setelah syuting penculikan di dua rumah Jenderal,” kenangnya.
5. Rp 800 Juta, Fantastis di Eranya
Meraih tujuh nominasi Piala Citra FFI 1984, Pengkhianatan G30S/PKI menang kategori Skenario Asli Terbaik untuk Arifin C. Noer. Rumor yang beredar, biaya produksi film ini fantastis di eranya. Pengkhianatan G30S/PKI diproduksi Perum Produksi Film Negara (PPFN) dengan dana 800 juta rupiah.
“Adegan direkam dengan pita seluloid. Kala itu, kan belum format digital seperti sekarang. Habis syuting masih ada proses panjang mencuci pita, upgrade warna, dan menata suara. Itu mahal karena dilakukan di Jepang,” kata Jajang.
Advertisement
6. Istri Jenderal Mengepel Darah
Ada banyak kontroversi menyertai film ini salah satunya, apakah kisahnya sesuai dengan fakta sejarah. Jajang C. Noer menyebut naskah disusun setelah melewati proses wawancara dengan pelaku sejarah. “Wawancaranya detail,” ia menggarisbawahi.
Adegan Nyonya M.T. Haryono mengepel darah suaminya di lantai misalnya. “Beliau mengepel darah suaminya sendiri agar anak-anak tidak melihatnya,” ujar aktris peraih 2 Piala Citra ini.