Liputan6.com, Jakarta Salah satu satria bergitar kebanggaan Indonesia hari ini, Kamis (29/10/2020), berulang tahun ke-70. Namanya Jusuf Antono Djojo alias Ian Antono. Ia meroket bersama God Bless sejak dekade 1970-an.
Ian Antono dengan gitarnya mengantar God Bless menjadi ikon rok terbesar dalam sejarah musik Tanah Air. Di sisi lain, Ian Antono dikenal komponis andal. Sejumlah karyanya diakui sebagai mahakarya oleh kritikus.
Advertisement
Baca Juga
Masih ingat “Zakia” yang mengguncang TVRI pada 1979? Itu salah satu dari setumpuk karya seorang Ian Antono. Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini menampilkan 6 mahakarya Ian Antono. Semoga panjang umur dan tetap produktif, Bung Ian.
1. Rumah Kita (God Bless, 1988)
Karya seni yang abadinya mestinya mampu menjadi cermin sosial. “Rumah Kita” yang jadi ujung tombak album Semut Hitam dari God Bless contoh paling ideal. Ia memotret fenomena urbanisasi dengan gahar tanpa menyalahkan. “Haruskah kita ke kota yang penuh tanda tanya?” tulis Ian Antono kala itu.
Tak sekadar mempertanyakan, ia mengingatkan, “Lebih baik di sini, rumah kita sendiri. Segala nikmat dan anugerah Yang Kuasa, semuanya ada di sini.” Tiga dekade lewat sudah. Lagu ini tetap relevan. Coba Anda cek, habis Lebaran ada berapa banyak pendatang baru yang tiba di Jakarta?
Advertisement
2. Panggung Sandiwara (Achmad Albar, 1978)
Lagu kontemplatif yang terkoneksi dengan umat manapun. Ditulis tanpa menceramahi, “Panggung Sandiwara” menyebut setiap manusia adalah aktor. Sebagai bintang, Anda berperan dalam hidup ini dengan natural atau penuh kepura-puraan?
“Setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan. Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura,” sindir Ian Antono. Ini karya Ian yang paling sering dinyanyikan kembali, dari Ahmad Albar, Nike Ardilla, Nicky Astria, hingga Tere.
3. Tangan-tangan Setan (Nicky Astria, 1985)
Tak hanya melahirkan karya, Ian Antono menemukan bakat-bakat anyar lalu membukakan jalan agar sang pendatang baru menjadi legenda di genrenya. Salah satu bukti autentiknya, terjadi pada 1985. Ian Antono memproduksi album Tangan-tangan Setan untuk AMK Record dan Aquarius Musikindo.
Album ini memfiturkan dua hit besar, “Mata Lelaki” dan “Tangan-tangan Setan.” Judul yang disebut terakhir masuk daftar 150 lagu Indonesia Terbaik sepanjang masa versi sebuah media nasional. Siapa pemilik album monumental ini? Nicky Astria. Tak mungkin Anda tak mengenalnya.
Advertisement
4. Menanti Kejujuran (Nike Ardilla, 1994)
Pergi terlalu cepat, meninggalkan warisan yang dikenang selamanya oleh pencinta musik Nusantara. Sebelum menyanyikan ulang “Panggung Sandiwara,” Nike Ardila merekam karya lain Ian Antono, yakni “Menanti Kejujuran” pada 1994.
Rekaman di bawah naungan Musica Studio ini menajamkan posisinya sebagai ikon pop 1990-an tanpa tanding. “Menanti kejujuran, harapkan kepastian. Hanya itu yang sanggup aku lakukan,” lantun Nike Ardilla.
5. Neraka Jahanam (Duo Kribo, 1977)
Belakangan lagu religi terjebak pola serumpun, menkhotbahi pendengar agar berbuat baik. Tak salah, tapi jika demikian kenapa tak sekalian mendengar ceramah pemuka agama?
Di era Generasi Bunga, Ian Antono menegakkan standar emas luwesnya mengolah tembang tentang godaan setan untuk manusia pertama. “Hei setan engkau berdusta membujuk Adam Hawa, mencoba buahnya sorga membawa malapetaka bagi manusia,” tulisnya. Sekeren itu!
Advertisement
6. Jarum Neraka (Nicky Astria, 1985)
Sejatinya, Ian Antono adalah musisi dengan nurani peka merespons beragam peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Dari urbanisasi, realitas manusia menjalani hidup, hingga rayuan barang laknat bernama narkoba.
Tema terakhir dituangkannya dalam “Jarum Neraka” dengan meminjam pita suara selebar empat oktaf milik Nicky Astria. Sebuah kolaborasi yang tak akan dilupakan zaman.