Sukses

6 Fakta Tino Sidin, Pejuang Indonesia yang Jadi Guru Menggambar Nasional

Tino Sidin bukan hanya seorang guru menggambar untuk anak-anak saja. Ada banyak dimensi dari dirinya yang mungkin belum diketahui publik.

Liputan6.com, Jakarta "Bagus..." begitu kata yang pasti diucapkan Tino Sidin saat memandu acara belajar menggambar tahun 1980-an yang membuat namanya kondang. Seperti apa pun coretan para pelukis cilik yang dikirimkan kepadanya, inilah reaksi pria yang hampir selalu mengenakan topi baretnya. 

Tino Sidin sudah 25 tahun berpulang, tepatnya sejak 29 Desember 1995 silam. Namun warisan ilmunya terus dikenang.

Salah satunya oleh raksasa teknologi Google yang menampilkan doodle Tino Sidin persis pada hari ulang tahunnya, Rabu (25/11/2020), yang digambar oleh Shanti Rittgers. 

2 dari 9 halaman

Google Ikut Berkata Bagus

"Seniman Indonesian & guru Tino “Pak Tino” Sidin menumbuhkan kreativitas anak-anak dan memperkenalkan sukacita menggambar," begitu isi cuitan akun Twitter bercentang biru Google Doodle.

"Happy birthday, Pak Tino! Ya, bagus!" cuit @GoogleDoodles.

3 dari 9 halaman

Taman Tino Sidin

Namun Tino Sidin bukan hanya seorang guru menggambar untuk anak-anak saja. Ada banyak dimensi dari dirinya yang mungkin belum diketahui publik. 

Hal ini disimpan dalam Taman Tino Sidin, yang terletak di Jl. Tino Sidin 297 Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul - Yogyakarta. Fungsinya tak hanya sebagai museum dan galeri, tapi juga ruang edukasi untuk anak-anak. Dari situs resminya, tamantinosidin.net, diperlihatkan aktivitas di tempat ini, sekaligus profil sang "Guru Menggambar Nasional".

Berikut, sejumlah fakta menarik tentang Tino Sidin, disarikan dari informasi dalam situs ini

 

4 dari 9 halaman

1. Belajar Menggambar Autodidaktik

Tino Sidin lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, pada 25 November 1925. Orangtuanya adalah Pak Sidin dan Ibu Tini.  

Tino Sidin diasuh oleh sang kakek, Suro Sentono, dan sudah senang menggambar sejak kecil. Tanpa guru, ia belajar secara autodidaktik.

5 dari 9 halaman

2. Ditemukan Tentara Jepang

Seorang tentara Jepang rupanya memperhatikan dengan seksama kala Tino Sidin sedang iseng menggambar di atas pasir. Ia kemudian diajak menjadi pembuat poster propaganda Jepang dengan jabatan Kepala Bagian Poster Jawatan Penerangan di Tebing Tinggi pada 1944. Artinya, saat itu ia berusia sekitar 19 tahun. 

Dua tahun kemudian, ia pindah ke Yogyakarta. Membuat propaganda anti-Belanda menjadi salah satu kesibukan hariannya. 

6 dari 9 halaman

3. Batalion X Divisi Siliwangi

Tino Sidin bergabung dengan Batalion X Divisi Siliwangi pada 1949. Ia juga turut serta dalam long march bersejarah ini, bahkan merekamnya dalam sketsa tangannya. Sayang, saat diserahkan kepada komandannya, kumpulan sketsa ini ditolak karena dikira sebagai lukisan yang belum jadi. 

"Tino banyak membuat sketsa yang sangat bernilai dokumenter. Dia pernah mau menyerahkan sketsa-sketsanya itu kepada komandan kesatuan yang diikutinya sejak keluar dari Yogya agar diarsipkan sebagai dokumen perjuangan pasukan Divisi Siliwangi," tutur Menteri Pendidikan Indonesia Daoed Joesoef tahun 1978 sampai 1983 dalam buku Dia dan Aku Memoar Pencari Kebenaran yang dikutip situs ini. 

7 dari 9 halaman

4. Mulai Jadi Guru Gambar

Tino Sidin menjadi guru gambar setelah diajak oleh dua orang wanita, Larasati Suliantoro Sulaiman dan Nyonya Boldwin. Keduanya ingin membuat sanggar lukis, dan mendirikan Kelompok Seni Sono pada 1968 dengan Tino Sidin sebagai pengasuhnya. 

8 dari 9 halaman

5. Dari Yogyakarta ke Jakarta

Keahlian Tino Sidin rupanya menarik TVRI Yogyakarta, yang mengundangnya untuk mengisi acara Gemar Menggambar. Acara ini berlangsung di TVRI Yogyakarta dari tahun 1969 hingga 1978. 

Tahun 1979, acara ini serta Tino Sidin diboyong ke Jakarta oleh TVRI Pusat, dan berlangsung hingga 1989.

 

9 dari 9 halaman

6. Komik dan Layar Lebar

Untuk anak-anak yang dicintainya, pria yang meninggal dalam usia 70 tahun ini membuat sejumlah komik anak. Beberapa di antaranya adalah Anjing, Bandung Lautan Api, Bawang Putih Bawang Merah, Ibu Pertiwi, Serial Pak Kumis, Membalas Jasa, hingga buku seri mewarnai Membaca Mewarnai Merakit

Ia juga membuat komik dewasa pada 1953, seperti Harimau Gadungan dan Kalau Ibuku Pilih Menantu.

Tino Sidin juga terlibat sebagai dalam pembuatan film layar lebar Sisa-Sisa Laskar Pajang dan Api di Bukit Menoreh sebagai art director. Ia bahkan sempat berakting dalam Nakalnya Anak-Anak, yang dibintangi Ira Maya Sopha dan Ria Irawan.