Liputan6.com, Jakarta Nama Joko Anwar disebut sebagai Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia atau FFI 2020 yang malam puncaknya digelar di Jakarta, Sabtu (5/12/2020) dengan protokol kesehatan ketat.
Joko Anwar membawa pulang Piala Citra lewat Perempuan Tanah Jahanam yang malam itu dinobatkan sebagai Film Terbaik dan memetik kemenangan di empat kategori lain.
Advertisement
Baca Juga
Laura Basuki Raih Piala Citra Kedua di FFI 2020, Sebut Susi Susanti Aset Indonesia Paling Berharga
Christine Hakim Raih Piala FFI 2020 Kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, Pecah Rekor Raih 9 Piala Citra
FFI 2020 Umumkan Daftar Pendek Film Lolos Kurasi, Ada Imperfect dan Perempuan Tanah Jahanam
Piala Citra Sutradara Terbaik diperebutkan Joko Anwar bersama empat nominee lain, Faozan Rizal (Abracadabra), Riri Riza (Humba Dreams), Sim F (Susi Susanti: Love All), dan Yosep Anggi Noen (Hiruk-Pikuk si Al-Kisah).
Pertama, Saya Bingung
Jadi pemenang Piala Citra, Joko Anwar bingung. “Pertama, saya bingung. Saya bingung kenapa di masa pandemi acara malam puncak FFI bagus banget,” ujarnya di atas panggung.
Ia berterima kasih kepada penyelenggara FFI serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Joko Anwar menilai menggelar malam puncak di tengah pandemi bukan hal mudah.
Advertisement
Film yang Membanggakan
Ia juga berterima kasih kepada partner kerja selama 17 tahun, Tia Hasibuan, pemain, dan kru Perempuan Tanah Jahanam. Kontribusi mereka syuting di daerah terpencil mengantar film ini sukses di festival maupun tangga box office.
“Craftmanship kalian luar biasa every each one of you sehingga mampu membuat film ini menjadi film yang membanggakan,” sutradara Pengabdi Setan dan Gundala membeberkan.
Para Sineas Harus Belajar
Dalam kesempatan itu, Joko Anwar mengingatkan bahwa individu dan kelompok tidak akan mampu membuat film Indonesia maju. Film Indonesia hanya bisa maju kalau semua pemangku kepentingan bekerja sama secara sinergis.
“Para sineas harus mau terus belajar meningkatkan skill. Para produser mampu memilih proyek yang akan mendukung keberlanjutan film Indonesia. Penonton Indonesia menonton legal jangan menonton bajakan,” ulasnya.
Advertisement
Saran Buat Pemerintah
Kritikus dan pengulas film mampu membaca film, mencerdaskan atau minimal mencerahkan sudut pandang publik. Yang tak kalah penting, peran Pemerintah menyokong sektor ekonomi kreatif.
“Pemerintah harus mampu membuat kebijakan yang bisa membuat ekosistem perfilman Indonesia semakin baik,” pungkas Joko Anwar. Ia berharap, industri film Indonesia segera pulih.