Liputan6.com, Jakarta Sejumlah fakta menarik terungkap dalam Laporan Kinerja Lembaga Sensor Film (LSF) Tahun 2020 yang disampaikan Ketua LSF, Rommy Fibri Hardiyanto, pekan ini.
Selain menyorot susutnya produksi film Indonesia sepanjang tahun lalu akibat pandemi Covid-19 dan penyensoran tayangan layar kaca hingga 37.954, Rommy mengingatkan fenomena tsunami tontonan.
Advertisement
Baca Juga
Rommy Fibri Hardiyanto menggunakan istilah tsunami tontonan mengingat, beberapa tahun terakhir masyarakat dipermudah dalam mengakses hiburan. Selain bioskop dan TV, internet serta platform streaming menyuguhkan sejumlah tayangan menarik.
Tsunami Tontonan
“Perlu diketahui, sekarang kita masuk di zaman tsunami tontonan, tsunami film yang kita enggak bisa bendung melalui platform apa pun. Bahkan anak-anak kecil sekarang dipegangi atau diberi gadget orangtuanya,” Rommy memaparkan.
“Oleh karena itu, menjadi perhatian LSF untuk menyampaikan kepada publik budaya sensor mandiri,” beri tahu Rommy dalam konferensi pers virtual yang digelar Kamis (11/2/2021).
Advertisement
Aktor Hingga Anggota DPR
Inti budaya sensor mandiri, yakni meliterasi publik agar memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia sehingga tidak sembarang menonton, baik di jaringan informatika maupun yang lain.
Budaya sensor mandiri mulai disosialisasikan di beberapa webinar LSF dengan tema bervariasi. Narasumber yang hadir beragam dari perwakilan LSF, aktor, aktris, sutradara, produser, hingga anggota DPR.
Daring dan Luring
“Khususnya dari komisi 1 dan 10 yang berkaitan dengan kebudayaan. Webinar ini di 2021 insyaallah masih akan terus dilakukan. Bila kondisi memungkinkan, dilakukan secara daring dan luring,” Rommy menyambung.
Terobosan berikutnya yakni menggelar uji coba desa sensor mandiri. “Ada lo desa yang bisa menerapkan, jadi warganya memiliki awareness, pengetahuan, kesadaran bagaimana menonton film sesuai dengan klasifikasi umur,” katanya.
Advertisement
Mudahkan Penetrasi, Merasuki Generasi
Agar budaya sensor mandiri mendengung lebih kencang, LSF memproduksi jingle menggandeng gitaris Padi, Satriyo Yudi Wahono alias Piyu. Jingle berdurasi 1 menit dan 42 detik ini telah mengudara di kanal YouTube LSF.
Di situ Piyu mengirim pesan penting lewat lirik, “Berpacunya teknologi menyebarkan informasi, mudahkan penetrasi merasuki generasi tak ada filterisasi budaya.” Piyu megajak masyarakat memilah dan memilih tontonan yang berguna.