Liputan6.com, Jakarta - Agnez Mo menceritakan perjalanan cintanya yang terjal. Pemilik album And The Story Goes To dan Whaddup A?! ini mengandaikan cinta seperti mata pelajaran semasa sekolah.
“Cuma gue agak lebih bodoh dalam masalah itu dibandingkan yang lain. Gue tahu istilahnya mata pelajaran, nih gue jago di matematika atau apa tapi ada satu nih yang gue… (perihal jodoh -red),” ujarnya soal cinta dan toxic relationship.
Advertisement
Baca Juga
Bintang sinetron Pernikahan Dini mengandaikan pelajaran cinta dulu dapat nilai 30. Pengalaman membuatnya belajar hingga nilainya meningkat menjadi 50, 70 dan kini 75.
Aku Mengkhianati Hubungan Itu
Pelantun “Cinta di Ujung Jalan” dan “Sebuah Rasa” lalu terkenang dulu, ia sempat “terjebak” konsep kesetiaan. Agnez Mo mengaku pernah miskonsepsi soal setia dalam menjalin cinta.
“Maksud gue, aku merasa kesetiaan adalah walaupun pasangan itu gila, melakukan hal-hal gila terhadapmu, gue merasa kalau gue meninggalkan hubungan itu, gue enggak setia. Aku mengkhianati hubungan itu,” ulasnya.
Advertisement
Penuh Pengkhianatan
Ia menyampaikan ini dalam video “Agnez Mo Pernah Punya Toxix Relationship” yang dipublikasikan kanal YouTube Daniel Mananta Network, Kamis (11/2/2021).
“Gue pernah berada dalam hubungan selama beberapa tahun yang penuh pengkhianatan. Penuh dengan kebohongan yang gue temukan atau apalah. Dan aku berjuang untuk melepaskan itu,” Agnez Mo menyambung.
Yang Disalahin Pasti Gue
Saat hubungannya dengan seorang laki-laki berakhir, seringkali Agnez Mo-lah yang dipersalahkan khalayak, yang notabene melihat kandasnya hubungan dari luar saja.
“Orang akan berpikir bahwa itu mudah untuk oh Agnez Mo masa lo susah sih, misalnya. Selalu pada akhirnya yang disalahin pasti gue. Oh ini, pasti gara-gara… padahal sebenarnya tidak,” curhatnya.
Advertisement
Menurutku, Itu Kelemahanku
Penyanyi kelahiran Jakarta, 1 Juli 1986, butuh waktu untuk mengubah sudut pandang soal kesetiaan lalu beranjak dari hubungan yang penuh kebohongan dan pengkhianatan.
Kesabaran dan keuletan membuat Agnez Mo beranjak. Waktu menyembuhkan hatinya. “Waktu itu gue sangat bergumul untuk melepaskannya. Menurutku, itu kelemahanku,” pungkasnya.