Liputan6.com, Los Angeles - Sebuah video berdurasi hampir delapan menit yang diunggah di akun YouTube Daft Punk pada Senin (22/2/2021) malam kemarin, menggegerkan penggemar musik. Pasalnya, ini pengumuman atas bubarnya duo ikonis dari genre electronic dance music.
Dilansir dari Billboard, cikal bakal grup yang pernah berkolaborasi dengan Pharrell di "Get Lucky" ini, adalah sebuah band seumur jagung bernama Darling. Dibentuk tahun 1992, grup ini beranggotakan Laurent Brancowitz, dan dua orang teman sekolah yang akhirnya menjadi duo Daft Punk: Thomas Bangalter dan Guy-Manuel de Homem-Christo.
Advertisement
Baca Juga
Kelompok ini merilis EP mereka pada tahun yang sama, tapi mendapat komentar pedas dari pengamat musik Dave Jennings dari Melody Maker. Ia menganggap musik grup ini sebagai "daft punky thrash” alias sampah musik ala punk yang gila.
Rupanya kalimat cemoohan ini justru membawa rejeki. Setelah Darling bubar dan Laurent Brancowitz bergabung dengan band Phoenix, Thomas Bangalter dan Guy-Manuel de Homem-Christo membentuk grup baru bertajuk Daft Punk.
Electronic Dance
Di grup ini, aliran musik keduanya berbelok ke arah electronic dance. Mereka merilis “The New Wave” yang kemudian juga disebut sebagai "Alive" pada 1994, diikuti “Da Funk" setahun setelahnya.
Album perdana mereka dirilis pada 1997, meroketkan Daft Punk di jagat musik underground. Video musik mereka yang unik juga kerap berseliweran di MTV.
Billboard mencatat, sejak era 1990-an duo Daft Punk telah menutupi wajah dalam kemunculan mereka di media, termasuk saat meladeni wawancara atau bahkan di sampul album. Keduanya mengenakan topeng atau bahkan kantong kertas.
Mereka sempat mengadakan tur tanpa penutup wajah, tapi hal ini tak bertahan lama.
Advertisement
Jadi Robot
Helm robot mereka yang ikonis, ternyata punya cerita sendiri. Transformasi Daft Punk sebagai robot, terjadi saat mereka merilis album Discovery pada 2001.
Keduanya mengarang cerita bahwa saat mengerjakan musik mereka pada pukul 9.09 pagi tanggal 9 September 1999, sebuah sampler mendadak meledak dan melukai mereka. Karena luka parah, keduanya pun harus menjalani operasi rekonstruktif.
"Saat sadarkan diri, kami sudah menjadi robot," kata Bangalter, dalam sebuah wawancara.
Penampilan Ikonis di Coachella
Billoard mencatat bahwa awal 2000-an, musik Daft Punk kerap dianggap aneh oleh publik, bahkan dapat komentar keras kritikus. Namun Daft Punk menjawabnya dalam penampilan live mereka yang memikat di panggung.
Tahun 2006, mereka mengundang decak kagum di festival musik Coachella, yang berani mengundang mereka dengan bayaran bernilai fantastis. Keduanya tampil dalam tata panggung berbentuk piramida dengan layar LED raksasa dan permainan pencahayaan nan ciamik.
"Hasilnya sebuah penampilan audiovisual tanpa tandingan yang belum ada di dunia musik sebelumnya, dengan para penonton menyebutnya sebagai konser terbaik yang pernah mereka saksikan, dan lebih dari satu kritikus menyebut Coachella ikut membidani kelahiran EDM," begitu catatan dari Variety.
Advertisement
6 Piala Grammy
Sejak akhir dekade 2000-an nama Daft Punk kian melejit. Mereka pertama kali memenangi Grammy Awards pada 2009 lewat album Alive 2007 untuk Best Electronic/Dance Album dan "Harder, Better, Faster, Stronger" di kategori Best Dance Recording.
Sepanjang kariernya, mereka mengumpulkan 12 nominasi Grammy Awards dan membawa pulang enam piala paling bergengsi di industri musik ini.