Sukses

Ratu Elizabeth II Dobrak Tradisi Kerajaan, Untuk Hormati Mendiang Pangeran Philip yang Anti-Ribet?

Dalam masa berkabung atas meninggalnya Pangeran Philip, Ratu Elizabeth II mendobrak tradisi yang telah berjalan ratusan tahun.

Liputan6.com, London - Ratu Elizabeth II masih dalam masa berkabung atas kematian sang suami, Pangeran Philip yang dikebumikan pada 17 April 2021. Kini dikabarkan bahwa ibunda Pangeran Charles ini mendobrak tradisi bangsawan kerajaan Inggris yang telah berjalan ratusan tahun. 

Dilansir dari People, Selasa (20/4/2021), sang Ratu Inggris tidak mengikuti kebiasaan pendahulunya yang menggunakan alat tulis berpinggiran hitam saat masa berkabung resmi.

Sebagai gantinya, ia akan menggunakan alat tulis yang didesain khusus dengan logo resminya yang berwarna hitam. Biasanya, logo ini dicetak dengan warna merah.

2 dari 5 halaman

Untuk Mendiang Suami?

Diduga langkah bernuansa modern ini diambil sang Ratu untuk menghormati suami, yang dikenal tidak ribet dalam hidupnya.

Namun dalam surat terakhirnya kepada Pangeran Philip, Ratu Elizabeth II tetap menggunakan kertas surat berpinggiran hitam sesuai tradisi. Surat terakhir untuk sang suami, ia selipkan di sela bunga-bunga di atas peti mati Pangeran Philip saat pemakaman.

3 dari 5 halaman

Surat Terakhir

Surat ini ditandatangani dengan nama kecilnya, Lilibet. Pihak istana menolak memberi tahu isi surat terakhir wanita berusia 94 tahun ini kepada publik karena alasan privat. 

Namun, E! News mewartakan bahwa surat ini sempat tersorot kamera dan berisi kalimat "I love you."

4 dari 5 halaman

Anak Cucu Lanjutkan Tradisi

Sementara itu menurut laporan The Times, Clarence House tempat Pangeran Charles dan Camilla berkantor, masih melanjutkan tradisi yang telah dilakukan selama berabad lamanya.

Begitu pula dengan Kensington Palace, tempat Pangeran William dan Kate Middleton berkantor.

5 dari 5 halaman

Tanda Dukacita

Menggunakan perangkat tulis menulis dengan pinggiran hitam saat berkabung, sangat populer pada abad ke-19. Ratu Victoria misalnya, menggunakan kertas surat berpinggiran hitam tebal untuk surat menyurat setelah kematian Pangeran Albert pada 1861.

Hal ini untuk menunjukkan kepada sang penerima surat bahwa ia masih dalam masa berkabung.

Â