Liputan6.com, Jakarta - Deddy Corbuzier, sebelum memeluk agama Islam sudah menjadi pesulap terkenal. Lantaran itu, seorang ustaz melarang menonton acara kekasih Sabrina Chairunnisa karena beda keyakinan.
Meski begitu, pemilik nama panjang Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo, tak sakit hati maupun mendendam. Hal itu diungkapkannya saat berbincang di kanal YouTube Refly Harun, Minggu (7/6/2021).
Advertisement
Baca Juga
"Kenapa saya jadi seorang muslim? Karena semua teman yang gue punya itu muslim. Hampir 90 persen itu muslim," terang ayah Azka Corbuzier.
Mengenal Islam
Ditambahkan Deddy Corbuzier, dengan banyaknya teman-teman muslim membuatnya menjadi lebih tahu agama orang lain ketimbang yang dianutnya kala itu.
"Jadi ada di satu momen di mana gue lebih mengenal tentang agama ini dibandingkan agama saya sebelumnya. Yang paling sederhana deh, ketika orang masuk 'assalamualaikum' sudah tahu. Hal-hal sederhana itu," ungkapnya.
Advertisement
Nikmat Idul Fitri
Walau kala itu belum memeluk Islam, namun Deddy Corbuzier mengaku bisa menikmati momen Lebaran seperti muslim lainnya.
"Ketika Lebaran tetangga-tetangga saya muslim, mereka membawa makanan ke saya. Jadi saya merasakan nikmatnya Idul Fitri. Ketika saya kecil pun, saya tinggal di satu rumah di mana hampir 100 persen muslim, saya tuh the only family the Chinese and Catholic, the only, di Jakarta Pusat," kenangnya.
Bohongi Diri Sendiri
Lantaran hidup di antara keluarga muslim sejak kecil, Deddy Corbuzier pun lebih paham tentang Islam ketimbang agama yang dianutnya kala itu. Sehingga merasa membohongi diri sendiri.
"Bukan sesuatu yang asing, dan gue nih kayak membohongi diri sendiri karena gue enggak terlalu paham dengan yang sebelumnya. Gue enggak mengatakan jelek ya bos, akhirnya gue menjadi muslim," lanjutnya.
Advertisement
Pusing
Rupanya, setelah menjadi seorang mualaf Deddy Corbuzier justru mengalami hal yang terberat dalam hidupnya. Apa itu?
"Pusing bos. Contoh paling gampang, saya tuh dekat dengan Gus Miftah, karena saat itu beliau sempat viral dialog di kelab malam. Menurut saya, ini menarik karena yang namanya dakwah bisa di mana saja. Ada netizen-netizen yang, 'Wah ini gurunya salah, gurunya enggak bener, begini begini'. Contoh yang paling sederhana, kemarin saya ada podcast dengan Khalid Basalamah, dapat serangan dari netizen. Akhirnya saya sadar satu hal, kok di dalamnya saja pecah," paparnya.