Sukses

Bella Saphira Cerita Jadi Mualaf, Sempat Ditentang Keluarga

Bella Saphira, ingin seperti orangtuanya memiliki keyakinan yang sama dengan pasangan.

Liputan6.com, Jakarta - Bella Saphira, telah memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk suami dan keluarga. Bella menikah dengan Letnan Jendral TNI (Purn) H. Agus Surya Bakti.

Sebelum ijab kabul, ada hal besar yang dilakukan pemilik nama panjang Bella Saphira Veronica Simanjuntak yaitu berpindah keyakinan.

Kepada Venna Melinda, Bella Saphira menceritakan perjalanan spiritualnya tersebut.

 

 

2 dari 5 halaman

Ditentang

Tak mudah bagi Bella Saphira untuk memutuskan menjadi seorang mualaf. Ia sempat ditentang oleh keluarga, khususnya orangtua.

"Bela enggak mengalami kan, sampai bersiteru dengan orangtua?" tanya Venna.

"Oh ngalamin dong. Ngalamin. Kok saya yakin ya kepada setiap pribadi Allah itu punya jalan yang berbeda. Tidak pada semua orang hal itu bisa diizinkan, dimuluskan, itu tergantung pada saat kita ibadah, berdoa maka kita mendapat hidayah. Pada saat saya dimusuhi, tapi saya punya keyakinan," papar Bella.

 

3 dari 5 halaman

Yakin Tak Dibenci

Diyakini Bella Saphira, bahwa sebenarnya keluarga tak memusuhi secara batin. Hanya karena situasi saja yang membuat hal tersebut terjadi.

"Dimusuhi kan situasi ya, tapi batin, hati, cinta, isi kepala orangtua kita kan tidak membenci kita. Enggak mungkin. Mengandung, melahirkan, mendidik, kasih makan kita, kita sakit, diurus sampai seperti ini enggak mungkin orangtua membenci saya," ungkapnya.

 

4 dari 5 halaman

Tidak Ada Perbedaan

Berkaca dari rumah tangga orangtuanya yang tidak ada perbedaan keyakinan, Bella Saphira juga ingin melakukan hal yang sama.

"Cuman pada saat itu saya punya keyakinan bahwa dalam rumah tangga orangtua saya saja mereka satu tidak ada perbedaan. Makanya kalau saya berbeda dengan suami maka itu akan menjadi tidak sakinah mawadah," lanjut Bella. 

5 dari 5 halaman

Potensi Permasalahan

Bella Saphira juga menjelaskan bahwa akan banyak hal yang akan terjadi bila ia dan suami memiliki keyakinan berbeda.

"Bisa menjadi potensi permasalahan. Ke anak-anak juga menjadi mendua, jadi bingung," sambungnya.