Sukses

6 Film Terbaik Lukman Sardi yang Ulang Tahun ke-50, 3 di Antaranya Tembus Sejuta Penonton Lebih

Lukman Sardi merayakan ulang tahun ke-50 pada Rabu (14/7/2021). Berikut 6 film terbaiknya.

Liputan6.com, Jakarta Dedikasi Lukman Sardi untuk industri film Tanah Air tak perlu diragukan lagi. Putra musisi legendaris Idris Sardi ini dikenal salah satu aktor paling luwes sekaligus sukses membintangi beragam genre.

Debut akting di usia 7 tahun lewat film Pengemis dan Tukang Becak karya Wim Umboh, karier Lukman Sardi sempat “hilang” bersama mati surinya film Indonesia. Sang aktor kembali pada 2005 lewat Janji Joni.

Setelahnya, setiap tahun ayah tiga anak ini selalu menghiasi layar lebar Indonesia dengan porsi beragam. Rabu (14/7/2021), Lukman Sardi berulang tahun ke-50. Inilah 6 film terbaiknya selain Laskar Pelangi yang ditonton 4,7 juta orang. Apa saja?

 

2 dari 7 halaman

1. 9 Naga (2006)

 

Salah satu tema langka dalam industri film kita, diangkat dengan suasana muram dan unsur maskulinitas nan pekat. Film 9 Naga karya Rudy Soedjarwo berporos pada tiga laki-laki yang menggerakkan bisnis pembunuh bayaran.

Lukman Sardi memerankan Marwan, ketua geng dengan istri yang terbelenggu kursi roda. Penampilannya di sini menyiratkan kesan tegas, berdarah dingin, tanpa ampun, namun sejatinya dekat dengan kesan rapuh. Kontradiksi diantar Lukman Sardi dengan mulus.

 

3 dari 7 halaman

2. Berbagi Suami (2006)

 

Siapa bilang poligami urusannya orang kaya? Segmen kedua Berbagi Suami menampilkan Siti (Shanty), gadis Jawa yang ingin mengubah nasib dengan datang ke Jakarta lalu menumpang di rumah Pak Lik (Lukman Sardi).

Apes, Pak Lik yang sudah punya dua istri (Rieke Diah Pitaloka dan Ria Irawan) malah mengincarnya. Aura genit, mata keranjang, dan haus cinta berhasil dipresentasikan Lukman Sardi tanpa kehilangan tone komedi hitam yang diusung Nia Dinata sejak menit awal.

 

4 dari 7 halaman

3. Quickie Express (2007)

 

Tiga gigolo berkedok pengantar piza ini sukses mengacak-acak tangga box office Indonesia lantaran menyerap sejuta penonton lebih. Perbedaan fisik membuat mereka punya pelanggan spesifik. Tora Sudiro dan Aming memperkuat komedi. Lukman Sardi condong ke drama.

Quickie Express dengan naskah ugal-ugalan menegakkan standar emas bagaimana komedi dewasa semestinya dirancang. Komedi dewasa tak harus terjebak stigma esek-esek dan ecek-ecek. Ia bisa tampil berselera dengan naskah, penyutradaraan, dan pemilihan pemain yang pas.

 

5 dari 7 halaman

4. Naga Bonar Jadi 2 (2007)

 

Masih dagelan namun dalam balutan yang “lebih serius” serta ceriwis mengkritisi kondisi Indonesia. Nagabonar Jadi 2 lanjutan film Nagabonar yang monumental rilisan 1986. Dua karakter yang paling bersinar di film ini yakni Nagabonar (pastinya) dan Umar.

Umar supir bajaj yang berinteraksi intens dengan Nagabonar (Deddy Mizwar). Diperankan dengan effortless sekaligus bersahaja oleh Lukman Sardi, Umar mengundang empati penonton. Tanpanya, Nagabonar Jadi 2 yang ditonton 1,2 juta orang ini tak akan sekuat yang sekarang.

 

6 dari 7 halaman

5. Sang Pencerah (2010)

Biografi pendiri Muhammadiyah ini salah satu mahakarya Hanung Bramantyo. Ia jadi bukti kali kesekian bahwa kualitas dan unsur komersialisme bisa dijadikan satu kemasan. Dirilis jelang Lebaran 2020, Sang Pencerah sukses mengumpulkan 1,3 juta penonton.

Ia jadi yang terlaris pada tahun itu. Lukman Sardi menjelma Achmad Dahlan dari ekspresi, gestur, gaya bicara, hingga kepiawaiannya memainkan alat musik gesek. Gagalnya Sang Pencerah lolos seleksi FFI 2010 adalah lelucon paling enggak banget dalam sejarah sinema.

 

7 dari 7 halaman

6. Rectoverso (2013)

Diangkat dari kumpulan cerita Dewi Lestari, Rectoverso segmen Malaikat Juga Tahu adalah pertunjukan akting level dewa dari Lukman Sardi. Ia sebagai Abang, pengidap autisme, yang jatuh hati pada Leia (Prisia Nasution) salah satu penghuni rumah indekos milik ibunya.

Akting Lukman adalah magnet, pusat empati, kasih sayang, cinta, dan kesetiaan bertaut. Ia menjadi awal sekaligus klimaks dalam sebuah segmen yang ringkas namun membekas. Terus terang saja, kami tak bisa membayangkan jika bukan Lukman yang memerankan Abang.