Sukses

The East, Film Tentang Sisi Lain Penjajahan di Indonesia yang Tak Banyak Orang Tahu

Selama dua tahun berturut-turut, bukan hanya harta benda saja, tapi nyawa rakyat Indonesia pun ikut melayang. Dengan kata lain pada 1946-1947 terjadi pertumpahan darah di tanah Sulawesi Selatan.

Liputan6.com, Jakarta Selama ini kita tahu kisah perjuangan Indonesia melawan penjajah lewat film, seperti Merah Putih, Sang Kiai, Sang Pencerah, darah Garuda, dan masih banyak lagi. Salah satu film tentang penjajahan Belanda di Tanah Air adalah The East (De Oost). 

Sebelum digarap, sang sutradara yang juga penulis naskah The East, Jim Taihuttu--sineas muda asal Belanda keturunan Maluku, melakukan riset selama empat tahun. 

Ya, Jim berusaha mencari tahu bagaimana sebenarnya sosok Raymond Westerling yang melakukan pembantaian terhadap hampir 40 ribu jiwa warga di Sulawesi Selatan. Setelah data-data dikumpulkan, film The East akhirnya dirilis pada 25 September 2020.

2 dari 2 halaman

Sinopsis Film The East

Film berdurasi 2 jam 17 menit ini sempat mengundang kontroversi karena sang sutradara berani menguak kekejaman Wrestling. Lalu siapa sebenarnya Wrestling?

Benang merah film ini lebih menceritakan sudut pandang prajurit Belanda bernama Johan de Vries yang diperankan oleh Martijn Lakemeier. Johan de Vries adalah prajurit di bawah komando Raymond Westerling (Marwan Kenzari) yang datang ke Indonesia bersama timnya pada 1946. Menjadi prajurit Westerling adalah hal yang luar biasa bagi Johan.

Ya, dalam film ini Johan terlihat kagum dengan kepemimpinan Westerling yang dinilainya tegas, karismatik, dan bijaksana. Hingga akhirnya Johan tak bisa membedakan tindakan yang dilakukan komandannya benar atau salah. 

Ya, Westerling menilai bahwa rakyat Indonesia adalah pemberontak. Lantaran penilaian itu, Westerling pun memerintahkan prajuritnya untuk bersikap lebih tegas terhadap orang Indonesia. 

Sampai di suatu momen, Westerling yang mendapat julukan The Turk (Si Turki--karena tempat kelahirannya) memperlakukan sipil Indonesia dengan sangat sadis. 

Selama dua tahun berturut-turut rumah, bukan hanya harta benda saja, tapi nyawa rakyat Indonesia pun ikut melayang. Dengan kata lain pada 1946-1947 terjadi pertumpahan darah di tanah Sulawesi Selatan.

Kembali lagi ke sosok Johan yang terlanjur mengagumi sosok Westerling sekaligus prajuritnya, dia pun menjalankan perintah sang komandan untuk menghabisi nyawa semua rakyat Indonesia. Di sinilah Johan mulai menyadari bahwa perilaku sang komandan mulai membabi buta. 

Rasa bersalah Johan pun mulai menghantui karena tindakan pembunuhan terhadap anak-anak, orang dewasa, sampai lansia tak berhenti dilakukan. Dalam film ini, aktor yang ikut ambil peran dalam The East adalah Lukman Sardi yang berperan sebagai Bakar.

Oh ya, film bergenre war/drama ini sebenarnya adalah film fiktif, namun penggambaran tindakan Westerling terhadap orang Indonesia benar adanya. 

Mengenai film ini, ada beberapa pendapat dari kritikus film. Menurut pemilik akun Jjrotte yang merupakan anggota IMBD sejak 2009, dia mengatakan bahwa film ini menguak sejarah yang luar biasa.

"Para aktor dalam film ini juga bermain dengan sangat baik. Pengambilan gambar yang dilakukan pun sangat baik dan sistem komputerisasinya terlihat nyata," kata Jjrotte. 

Pendapat tentang film ini juga dinilai oleh para kritikus di IMDB. Pemilik akun bernama Tomassaf13 mengatakan bahwa film ini menggambarkan apa yang dirasakan orang Indonesia di masa penjajahan

"Dari cerita di film ini, benar-benar mewakili apa yang dirasakan orang Indonesia selama penjajahan. Mulai dari teror, ketakutan, hingga kehidupan mereka yang diambil di masa penjajahan. Film ini juga mewakili hal yang tak selalu digambarkan film lain, yaitu trauma bagi prajurit."

Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Apakah prajurit Westerling juga merasakan rasa bersalah yang sama dengan Johan? Jika ingin tahu kisah sejarah masa lalu ini, kamu bisa menonton film ini secara eksklusif di Mola.

 

(*)