Liputan6.com, Jakarta Penyanyi keroncong Indra Utami Tamsir tak pernah lelah melestarikan kebudayaan Keroncong Langgam yang makin sedikit peminat. Di genre musik keroncong langgam Jawa, hanya namanya yang tersisa.
Penyanyi Keroncong Terbaik AMI Award 2013 ini baru saja merilis album baru bertajuk Dewangga Sutra. Dirinya berharap bisa memperkenalkan musik ini pada generasi milenial.
“Saya harus menjaga musik keroncong langgam Jawa agar tidak punah, caranya dengan terus bertahan di industri musik nasional, dan dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat terutama generasi muda,” ujar wanita yang akrab disapa IUT ini saat jumpa pers di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Advertisement
Baca Juga
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
9 Lagu Baru
Dalam album barunya ini, Indra Utami Tamsir menyuguhkan 9 lagu baru, yang 7 di antaranya ditulis sendiri oleh dirinya. Sedangkan untuk notasi dan aransemen, penyanyi kelahiran Blora itu dibantu oleh sahabatnya, Budi L Tandang.
“Dewangga itu para dewa, artinya kita semua memiliki cahaya dewa. Punya misi masing-masing membawa cahaya Tuhan. Sutra bahan yang mahal. Sesuatu yang halus dan mahal, keroncong itu mahal, agung, keren. Artinya harus dihargai," ungkap IUT.
Advertisement
Kolaborasi
Sejatinya, IUT hanya ingin memproduksi 2 lagu. Namun chemistry dari kolaborasi ini menghadirkan lagi 7 lagu baru sehingga ada total 9 lagu baru yang ada di album ini. Notasi dan aransemennya ditulis Budi, antara lain Kayungyun, Kembang Impen, Cincin Emas dan Ngelayun Esem
"Akhirnya saya minta tolong dibuatin lagu sama mas Budi. Saya punya lirik lagu, alhasil jadi lagu beberapa sampai 9 lagu. Tidak direncanakan, karena belum menemukan generasi penerus keroncong, saya tampil lagi. Maunya di belakang layar. Setelah ini mau bikin kaderisasi kalangan muda untuk mencintai keroncong," ungkapnya.
Dukungan
Segala cara dilakukan IUT untuk terus mencari dukungan agar musik keroncong langgam bisa lebih digemari generasi milenial. Salah satunya dengan mencoba mencari dukungan dari pemerintah.
“Pertama produksi sangat minim, kedua karena media besar belum tertarik dengan musik keroncong. Ingin melibatkan BUMN dana yang besar, tapi akhir tahun lagi-lagi dana tidak ada. Saya maju sendiri padahal, pemerintah banyak mengurusi yang lain. Saya sudah tulus dan yakin pemerintah bisa melihat budaya keroncong ini bisa dilirik," pungkasnya.
Advertisement