Sukses

Marshanda Akui Ada Sikap yang Membuatnya Jadi Sasaran Bullying

Marshanda kerap menjadi sasaran perundungan alias bullying sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar.

Liputan6.com, Jakarta - Marshanda selama ini dikenal sebagai selebritas yang kuat dan ceria meski diterpa banyak masalah. Di balik itu, ibu satu anak ini menyimpan masa lalu yang kurang menyenangkan.

Saat masih sekolah, Marshanda kerap jadi sasaran perundungan alias bullying. Bintang sinetron Orang Ketiga mengaku kebiasaannya bercanda justru kerap membuatnya jadi sasaran perundungan.

"Suka merasa awkward (canggung), kayak bingung mau ngomong apa. Kalau ada celetukan-celetukan bercanda sedikit, kepikiran," terang Marshanda di kanal YouTube deHakims Story, baru-baru ini.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Setelah Jadi Model Iklan

Mantan istri Ben Kasyafani mengalami perundungan setelah ia terjun sebagai model iklan. Ini terjadi sebelum namanya melambung lewat karakter Lala dalam sinetron fenomenal Bidadari.

3 dari 5 halaman

Bahan Ledekan Satu Kelas

Sikap Marshanda diketahui oleh beberapa temannya. Walhasil, ia pun jadi sasaran perundungan saat SD. "Mungkin teman-teman melihat itu. Terus menjadikan aku bahan ledekan sekelas. Karena tahu aku kalau diledek masukin hati," Marshanda mengenang.

 

4 dari 5 halaman

Jarang Diajak Main

Marshanda merasakan dampak dari sikapnya yang berbuah perundungan. "Dari semua teman cewek dan cowok, aku itu paling jarang diajak bermain kalau waktu istirahat. Jadi, aku ditinggal sendiri di kelas," kenang pelantun "Pasangan Yang Tepat."

5 dari 5 halaman

Dipermalukan

Setelahnya, bintang film Kalau Cinta Jangan Cengeng menceritakan sebuah kejadian tak menyenangkan saat sekolah. Kala itu, ia menulis surat berisi curahan hati untuk seorang sahabat.

Isinya, kekesalan kepada para perundung. Apes, surat itu dijadikan bahan perundungan sejumlah teman laki-laki. Marshanda kemudian merobek surat itu karena malu.

Bukannya berhenti, perundungan malah makin menjadi. Serpihan surat itu dipungut dan direkatkan kembali oleh seorang teman. Dia lalu membacakan surat Marshanda ke sejumlah teman lain.Â