Liputan6.com, Jakarta Sudah selayaknya bahwa hukum harus ditegakkan seadil-adilnya. Oleh karena itu, lembaga kepolisian, kejaksaan, dan KPK saja, lembaga kehakiman pun harus menjadi panutan bagi masyarakat bagi ketaatan hukum di Tanah Air.
Berkaitan dengan keadilan di tingkat penegak hukum, Mahkamah Agung bekerja sama dengan Emtek Digital memproduksi film Pesan Bermakna.
Baca Juga
Film ini diambil dari Catatan di balik Toga Merah karya D.Y. Witanto, Hakim Yustisial pada Ketua Mahkamah Agung. Film Pesan Bermakna ditayangkan pertama kali pada hari jadi Mahkamah Agung yang ke-76.
Advertisement
Ketua Mahkamah Agung Syarifuddin mengatakan bahwa film hasil kerja sama Biro Hukum dan Humas Mahkamah Agung dengan Emtek Digital ini merupakan dedikasi untuk seluruh insan peradilan yang telah mengabdikan hidup, demi tegaknya hukum dan keadilan di Tanah Air.
"Film ini sangat bagus. Semoga para hakim di seluruh Indonesia bisa menjadikan film ini sebagai inspirasi dalam bertugas, tetap menjaga kode etik hakim, apapun yang terjadi," kata Syarifuddin.
Selain itu, film yang diharapkan dapat memacu semangat bagi aparatur dan satuan kerja pengadilan serta para advokat pengguna layanan di pengadilan, untuk terus berinovasi dan meningkatkan kinerja dalam pelayanan publik ini, juga mendapat apresiasi dari Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Non Yudisial Sunarto.
"Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Film Pesan Bermakna yang mengingatkan kita semua sebagai aparatur keadilan, khususnya para hakim struktural dan fungsional agar selalu menjaga perilaku masing-masing," katanya.
Wakil Ketua Mahkamah Agung (MA) Bidang Yudisial Andi Samsan Nganro juga mengatakan, dengan pemutaran film ini banyak pesan moral yang bisa didapatkan. Dengan begitu, para penegak hukum, dapat kembali diingatkan tentang pentingnya sebuah keadilan yang transparan.
Sekilas tentang Film Pesan Bermakna
Film Pesan Bermakna memang layak menjadi media untuk menyampaikan tentang pentingnya sebuah integritas bagi seorang hakim, dengan cara yang dapat diterima semua kalangan.
Dalam film ini, Donny Alamsyah yang memerankan Dimas adalah seorang hakim di Pengadilan Negeri Garut. Saat menjalankan tugasnya, Dimas menjatuhkan hukuman untuk terdakwa yang tersandung kasus narkoba.
Namun di tengah perjalanan, Dimas diajak bernegosiasi oleh keluarga terdakwa, agar hukuman dapat diringankan. Di sisi lain, Dimas tahu bahwa dia butuh uang untuk operasi tumor otak stadium tiga sang ibu (Vonny Anggraeni).
Memegang prinsip adil dan menjaga integritasnya sebagai hakim, dengan tegas Dimas pun menolak negosiasi keluarga terdakwa.
Kemudian di saat sang ibu wafat, Dimas justru merasa bersalah dengan keadaan dan membuatnya ingin meninggalkan jabatannya sebagai hakim.
Lalu apa yang terjadi? Biar nggak penasaran, yuk nonton film-nya di sini.
(*)
Advertisement