Sukses

6 Potret Leani Ratri Oktila Peraih 2 Emas Paralimpiade Tokyo 2020, Dijuluki Queen of Parabadminton

Perkenalkan, Leani Ratri Oktila. Dialah Queen of Parabadminton dari Indonesia yang meraih 2 medali emas Paralimpiade Tokyo 2020.

Liputan6.com, Jakarta Namanya Leani Ratri Oktila. Sejak usia 8 tahun, ia mengenal badminton dan berlaga di arena nasional sejak 1999. Laman Wikipedia menyebut, pada 2011, kecelakaan sepeda motor mengakibatkan kaki kirinya mengecil. Tragedi itu merenggut impiannya menjadi atlet Nasional.

Namun bukan Leani namanya jika tak berhasil merebut kembali mimpi besarnya. Dipindah ke kelas disabilitas tidak membuat semangatnya melempem. September 2021, ia menggasak tak hanya satu melainkan 2 emas Paralimpiade Tokyo 2021.

Dua medali emas dari cabor badminton dipersembahkan Leani Ratri Oktila ke pangkuan Ibu Pertiwi yang puasa emas Paralimpiade selama 41 tahun. Sejarah mencatat namanya dengan tinta emas. Berikut 6 potret Leani Ratri Oktila.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 7 halaman

1. Sejak 2013

Lewat akun Instagram terverifikasinya, Leani Ratri Oktila memperkenalkan Khalimatus Sadiyah sebagai, “Partner double since 2013. Mohon doa ya semuanya.” Unggahan pada 2 September 2021 ini dibanjiri doa warganet. “Semangat2,” cuit selebgram Defri Juliant.

Akun @sdtulfitriya_ menyahut, “Tadi malam mimpi Indo bawa pulang emas, semoga dapat!” Benar saja, Leani dan Khalimatus mengalahkan Cheng Hefang/Ma Huihui dua set langsung dengan skor 21-18 dan 21-12. Medali emas pertama untuk Indonesia diraih.

3 dari 7 halaman

2. Sejak 2016

Partner mix double since 2016, mohon doa ya semuanya,” cuit Leani Ratri Oktila menyertai foto bersama Hary Susanto di Yoyogi National Stadium. “Terima kasih sudah berjuang sampai sejauh ini kita yakin kalian bisa raih,” seru @rafindrareyhan di kolom komentar.

Usaha dan doa mengantar Hary/Leani meraih emas kedua Paralimpiade Tokyo 2020. Duet maut ini melibas pasangan Prancis, Lucaz Mazur/Faustine Noel pada partai final, dua set langsung dengan skor 23-21 dan 21-17. Bangga banget!

4 dari 7 halaman

3. Bareng Senior Sekaligus Partner

Bagi Leani, Hary Susanto senior sekaligus partner di lapangan yang mengajarkan banyak hal dari pentingnya tanggung jawab, saling percaya hingga fokus ke tujuan. Ia tak bosan mengingatkan dan menegur ketika Leani berbuat salah.

Dan saat ini kami bersama-sama fokus untuk bisa memberikan yang terbaik di Paralympic nanti. Semoga pengorbanan dan kerja keras kami dapat menghasilkan yang terbaik. Amin,” tulis Leani di akun Instagram, Maret 2021.

5 dari 7 halaman

4. Merasa Sendiri

Saat kecil, Leani Ratri Oktila selalu iri dengan kehidupan anak-anak sebayanya yang minta ini-itu ke orangtua dan langsung dikabulkan. Sementara ia harus berjuang, menabung, bahkan kadang ikut kerja di kebun demi mendapat yang diinginkan. Sebuah hikmah dipetiknya.

Sesuatu yg saya inginkan jika saya membutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkannya akan jauh lebih berharga dari pada yang saya dapat kan dengan mudah,” tulisnya di medsos. Tak terbayang perasaan Leani pulang dari Tokyo dengan dua emas.

6 dari 7 halaman

5. Sang Juara Dunia

Potret yang diunggah Leani Ratri Oktila saat berada di Dublin Irlandia ini disertai sejumlah tagar yakni teamvictor, readytowin, dan badmintonlovers. Baginya, prestasi adalah tradisi. Warganet yang mengikuti kiprah Leani sejak awal menyemangatinya.

Queen of Parabadminton dari Indonesia #Proud,” cetus akun @jimmy.h.jimmy seraya mengibarkan emotikon merah putih. “Idola awak. Besok dah besar ajarin anak abang main bulu tangkis yo mbak biar nular gelar juara dunianya,” ujar @ravijav.

7 dari 7 halaman

6. Anjangsana Candi Kembar

Leani Ratri Oktila membuktikan, pengecilan di kaki tak menghalanginya beraktivitas seperti orang lain. Ia menekuni hobi bersepeda dan pelesir. Salah satunya ke Candi Plaosan, Klaten, Jawa tengah. Foto yang diunggah pada 16 Juni 2021 ini buktinya.

Berpose dengan sahabat kompak berkacamata, Leani tampak bungah. Di belakang mereka, ada Candi Plaosan yang dibangun pada abad ke-9 oleh Rakai Pikatan di era Kerajaan Mataram Kuno. Kombinasi warna hijau, abu-abu, dan biru cakrawala tampak memesona.