Liputan6.com, Jakarta Tengah mencari film genre bertema sejarah yang dibumbui aksi menegangkan sekaligus asmara? Maka kamu bisa menjatuhkan pilihan pada mini seri Ridley Road produksi dari BBC yang juga tayang di Mola.
Drama empat episode yang ditulis oleh Sarah Solemani ini diangkat berdasarkan Novel karya Jo Bloom dengan judul yang sama dan terbit pertama kali pada tahun 2014. Ridley Road terinspirasi oleh kisah nyata kebangkitan fasisme dan neo-Nazisme pada tahun 1962 dan sekelompok pria dan wanita Yahudi yang bersatu membentuk kelompok 62, yang merupakan gerakan perlawanan anti-fasis. Mereka mencoba mengalahkan kaum fasis dari jalanan dan mendorong mereka ke pinggiran Inggris.
Dikutip dari artikel Evening Standard, Blom sebagai penulis novel Ridley Road, mengatakan ide cerita Ridley Road muncul saat ia menghadiri upacara pemakaman kolega keluarganya. Saat itu, itu mengetahui ayahnya dan seorang veteran berbicara tentang gerakan anti-semitisme yang tumbuh di London Timur pascaperang dunia ke-2.
Advertisement
"Ketika mereka mulai berbicara tentang kelompok 62, saya belum pernah mendengar tentang organisasi pertahanan Yahudi mana pun," ujarnya. Keberadaan kelompok yang tidak pernah disorot oleh sejarah Inggris itu menarik minat Bloom untuk menelusuri sejarah kelam fasisme di Negeri Ratu Elizabeth itu.
Minimnya informasi terkait kelompok 62, membuat Blom semakin bersemangat untuk menguak berbagai hal yang terjadi di masa tersebut. Akhirnya, dia pun berkenalan dengan Steve Silver seorang jurnalis dan peneliti yang bekerja untuk Searchlight, majalah anti-fasis.
"Selama sekitar 20 tahun, dia telah bekerja sangat erat dengan kelompok 62, mewawancarai mereka dan telah mendengar semua cerita. Tanpa dia, saya benar-benar tidak dapat menemukan sesuatu," kata Bloom.
Diterjemahkan Sarah Solemani ke Serial Televisi
Dari karya novel inilah kemudian diterjemahkan oleh Sarah Solemani ke dalam serial televisi. Dikutip dari BBC, Sarah berharap kisah yang diangkat Bloom membawa kesadaran akan ancaman fasisme di Inggris saat ini.
"Hubungan Inggris dengan fasisme lebih dekat dan lebih hidup daripada yang kita pikirkan," katanya Sarah dalam sebuah pernyataan. “Untungnya, begitu juga warisan kita yang kaya untuk melawannya.
“Buku mencekam Jo Bloom mengungkapkan sisi gelap London tahun enam puluhan dan kontribusi mengejutkan yang dibuat komunitas Yahudi dalam pertempuran melawan rasisme. Saya senang bisa bekerja dengan Red dan BBC untuk membawa potongan sejarah Inggris yang tidak banyak diketahui ini ke layar kaca," tuturnya.
Drama Seri Ridley Road
Berlatar tahun 1962, jalan cerita Ridley Road mengikuti perspektif Vivien Epstein (Diperankan oleh Agnes O'Casey), wanita pirang yahudi yang pindah dari Manchester ke London Timur. Dia pergi mencari mantan pacarnya Jack Morris (Diperankan oleh Tom Varey). Dalam pencariannya itu, Vivien mendapatkan pekerjaaan di salon rambut. Dari lingkungan kerja tersebut, Vivien bertemu dengan orang-orang yang terkait dengan kelompok anti-fasis yang berkembang di London.
Ridley Road sendiri merupakan nama salah satu jalan di London Timur. Di jalan inilah, ada markas kelompok 62 yang ingin melakukan perlawanan terhadap kelompok Neo-Nazi yang di dalam serial dinamai Nasional Socialist Movement (NSM) dan dipimpin oleh Colin Jordan. Bentrokan antara kelompok 62 dan NSM terjadi berkali-kali dan menelan korban jiwa. Demi mencegah aksi kekerasan meluas, kelompok 62 mengirimkan satu mata-mata Jack Morris untuk mengumpulkan informasi terkait rencana kekerasan yang bakal dilancarkan NSM.
Selanjutnya, Vivien terlibat dalam kelompok 62 dan terpilih untuk menyusup ke dalam Gerakan Sosialis Nasional (NSM). Ternyata, misi berbahaya yang ditempuh Vivien malah mempertemukannya dengan cinta yang selama ini dia cari, Jack Morris. Dia pun terjebak di antara hidup dan mati, sebagai mata-mata, Vivien tidak hanya berjuang untuk diri sendiri dan cintanya tetapi juga demi negaranya.
Advertisement
Bukan Sekadar Konflik Fasisme dan Anti-Fasis
Seperti dilansir dari BBC, Sarah mengatakan bahwa drama seri Ridley Road tidak sekadar menceritakan konflik fasisme dan antifasisme. Mini seri ini mengangkat beragam persoalan yang bisa menjadi bahan perenungan masyarakat saat ini. Misalnya masalah terkait tanah.
Di masa itu masalah tanah melibatkan sentimen rasis. Hal ini dimunculkan oleh kelompok ekstremis sayap kanan yang ingin merebut kembali tanah Inggris dari serbuan imigran. Saat itu, kebijakan pemerintah Inggris dipengaruhi oleh sentimen rasisme. Dimana para tuan tanah bisa dengan mudah mengusir kelompok Yahudi dan imigran hanya karena sentimen kebencian akibat rasisme.
Selain itu, Ridley Road juga memperlihatkan kekerasan ras yang terjadi secara sistematis dan dilakukan oleh penegak hukum. Contohnya, ketika tokoh Stevie (Gabriel Akuwudike) dianggap berbahaya dan diusir hanya karena kulitnya berwarna gelap.
Di serial Ridley Road, Sarah ingin mengajak penonton untuk bisa ikut merasakan apa yang dialami para tokoh dan memahami banyak hal dari berbagai sudut pandang yang positif.
"Saya pikir orang-orang harus menonton Ridley Road karena ini adalah perjalanan yang mengasyikkan, menegangkan, dan masuk ke dalam potongan sejarah Inggris yang hanya sedikit orang yang tahu. Ini adalah kisah yang menakutkan tetapi pada akhirnya, ini adalah salah satu kemenangan dan harapan," tuturnya.
Pemeran Ridley Road
Selain menampilkan Agnes O'Casey sebagai pemeran utama, Ridley Road juga menghadirkan Eddie Marsan, Tracy Ann-Oberman dan Rory Kinnear sebagai Colin Jordan. Mini seri dengan durasi sekitar 60 menit setiap episodenya ini diproduksi oleh RED Production Company. Produsernya adalah Nicola Shindler yang pernah meraih penghargaan lewat Years and Years, Happy Valley, Trust Me, serta Safe.
Saksikan potongan sejarah Inggris dan perjuangan Vivien Epstein sebagai mata-mata dalam drama seri Ridley Road di Mola.
(*)