Sukses

6 Fakta Film Paranoia, Dari Konsultasi ke Epidemiolog Hingga Menyisir Zona Hijau Covid-19 Buat Syuting

Ada banyak fakta menarik dari balik layar Paranoia yang disutradarai Riri Riza, salah satu kandidat Film Panjang Terbaik FFI 2021.

Liputan6.com, Jakarta Jaringan bioskop mulai beroperasi lagi dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Sejumlah film Indonesia siap kembali ke layar putih, salah satunya Paranoia karya sineas Riri Riza.

Film bergenre thriller ini menempatkan kuartet Nirina Zubir, Lukman Sardi, Nicholas Saputra, dan Caitlin North Lewis di garis depan. Syuting Paranoia berlangsung di tengah pandemi Covid-19.

Film rilisan Miles Films ini meneror pencinta sinema mulai 11 November 2021. Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini menghimpun 6 fakta menarik di balik layar Paranoia. Apa saja?

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

2 dari 7 halaman

1. Konsultasi dengan Epidemiolog

Syuting di tengah pandemi Covid-19 adalah hal baru bagi Mira Lesmana. Protokol kesehatan mutlak dibutuhkan. Untuk memastikan pemain dan kru aman, produser Ada Apa Dengan Cinta? konsultasi dengan epidemiolog Universitas Indonesia, Dr. Pandu Riono, MPH., Ph.D.

“Mira mengalkulasi dengan sangat baik. Waktu itu ada konsultan epidemiolog doktor Pandu yang memberikan semua saran, tes mesti berapa kali, bagaimana menjaga kalau sampai ada apa-apa, itu semua dilakukan,” ujar Riri Riza di Jakarta, baru-baru ini.

 

3 dari 7 halaman

2. 20 Tahun Lagi

Skenario Paranoia digarap keroyokan oleh Mira, Riri, dan Jujur Prananto. Lewat film ini, mereka ingin menggambarkan upaya manusia memahami pandemi pada masa itu. Termasuk, kegelisahan sebagian khalayak saat sejumlah narapidana mendapat remisi wabah Covid-19.

Paranoia diharapkan menjadi kenangan soal pandemi. “Ketika menonton film ini 10 atau 20 tahun yang akan datang, saya mengenang bukan hanya dengan bilang: Kita syuting lo waktu pandemi. Tapi menangkap apa saja yang ada (selama pandemi),” imbuhnya.

 

4 dari 7 halaman

3. Satu Lokasi Banyak Latar

Paranoia menampilkan sejumlah tempat dari vila, rumah, pantai, hingga lapas. Rupanya, beragam tempat ini berada di satu lokasi, mengingat pandemi Covid-19 membatasi mobilitas manusia termasuk para pekerja seni.

“Saya syuting semua peristiwa dalam film di satu lokasi. Kamera saya taruh sini untuk lokasi penjara, kamera saya taruh sini untuk dijadikan tempat apa dan seterusnya,” sutradara Laskar Pelangi dan Athirah menyambung.

 

5 dari 7 halaman

4. Radius 12 Kilometer

Mira Lesmana mengakui, mencari lokasi syuting di tengah pandemi Covid-19 tantangan tersendiri. Kebutuhannya sangat spesifik dan harus zona hijau. Ini demi kesehatan dan keselamatan pemain maupun kru.

“Sebisa mungkin kami mencari zona hijau. Radiusnya cukup besar tapi sepi. Bisa sampai 12 kilometer termasuk untuk adegan menyetir mobil dan rumah di luar kota juga. Itu hanya dalam radius 12 kilometer, dulu masih pakai istilah PSBB,” Mira bercerita.

 

6 dari 7 halaman

5. Imajinasi Nicholas

Sedikit bocoran, dalam Paranoia, Nicholas Saputra memerankan artistek bernama Raka yang memiliki latar belakang cukup muram. Ia kehilangan anak dan “kabur” dari kenyataan pahit itu. Untuk menghidupkan tokoh ini, ia menggunakan imajinasi berbasis empati.

“Saya bisa membayangkan kehilangan anak itu pasti lebih berat daripada kehilangan orangtua,” beber bintang film Janji Joni lalu menambahkan, “Dia gelisah, enggak tahu mau ngapain, ditimpa pandemi, sulit posisinya.”

 

7 dari 7 halaman

6. Nominasi Buat Nirina

Memerankan Dina yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga alias KDRT, Nirina Zubir tampil meyakinkan hingga dinominasikan untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik di FFI 2021. Bagi Nirina Zubir, Dina sangat menantang sekaligus kompleks.

“Dia mengalami KDRT tapi dia harus terlihat tegar dari luar dan di depan anaknya. Ini film yang penuh dengan diskusi dengan Mas Riri, Mbak Mira, dan lawan main saya yakni Lukman Sardi,” cerita Nirina Zubir. Jadi penasaran, kan?