Liputan6.com, Jakarta John Lennon tak berasumsi apa-apa kepada seorang pria bernama Mark David Chapman saat meminta tanda tangannya di album Double Fantasy miliknya. Tanggal 8 Desember pukul 5 sore, di luar apartemennya di New York City, ia menorehkan tanda tangannya di sampul album ini.
Siapa sangka, ini adalah tanda tangan terakhirnya untuk penggemar. Jelang pukul 11 malam, ia pulang ke apartemen, dan sudah ditunggu oleh Mark David Chapman dengan pistolnya.
Advertisement
Baca Juga
Pria ini menembakkan senjata api ke arah sang vokalis The Beatles sebanyak empat kali di depan sang istri, Yoko Ono. Beberapa menit kemudian, pria 40 tahun ini dinyatakan meninggal dunia.
Kini, tepat 41 tahun setelah peristiwa tragis ini, orang-orang kembali melakukan kilas balik. Termasuk soal sosok Mark David Chapman. Berikut sejumlah fakta soal sang pembunuh John Lennon, seperti dilansir dari berbagai sumber.
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Catcher in The Rye
Salah satu fakta paling terkenal dari sosok ini, adalah ia sedang santai membaca novel karya JD Salinger, Catcher in The Rye, saat ditangkap polisi.
Ia mengaku merasa terhubung dengan sosok utama di buku ini, yang "terisolasi dan kesepian," diwartakan BBC.
Advertisement
2. Penggemar yang Marah
Chapman sebenarnya adalah penggemar John Lennon, tapi marah atas beberapa hal. Ia tersinggung dengan ocehan John Lennon bahwa The Beatles lebih populer dibanding Tuhan.
Dilansir dari Newsweek, hal lain juga diungkap istrinya, Gloria. "Dia marah karena Lennon menasihati soal cinta dan perdamaian tapi punya (uang) jutaan," kata wanita ini.
3. Depresi
Chapman diketahui mengalami depresi setelah lulus SMA dan bekerja, kemudian memutuskan untuk pindah ke Hawaii, diwartakan CNN. Tak lama, di sana ia melakukan percobaan bunuh diri yang gagal, dan akhirnya dirawat di Honolulu.
Di Hawaii pula, ia bertemu dengan istrinya, Gloria.
Advertisement
4. Malah Menyalahkan Istri
Chapman mengaku mempertimbangkan pembunuhan John Lennin selama tiga bulan. Pada Oktober 1980, ia merasa sudah siap. Pria yang saat itu berumur 25 tahun itu berhenti dari pekerjaannya sebagai petugas keamanan, dan berangkat ke New York City.
Ia sempat mengutarakan niat ini kepada sang istri, yang tak berbuat apa-apa. Dalam sebuah pengakuannya, Chapman merasa benci dengan istrinya karena hal ini.
"Aku masih memendam kebencian karena dia tak pergi ke seseorang, atau bahkan polisi, dan berkata, 'Suamiku beli pistol, dan dia akan membunuh John Lennon," kata dia.
5. Sempat Siapkan Alasan Tak Waras
Dalam persidangan, tim kuasa hukum sempat mempersiapkan pembelaan dengan alasan tak waras. Apalagi Chapman mengaku memiliki skizoferenia dan paranoia. Namun ia justru memilih untuk mengaku bersalah.
"Tuhan ingin aku mengaku bersalah," kata dia.
Advertisement
6. Ajukan Pembebasan Bersyarat 11 Kali
Atas perbuatannya, Chapman divonis penjara 20 tahun hingga seumur hidup. Hingga kini ia mendekam di Wende Correctional Facility, New York. Sejak 2000 ia mengajukan pembebasan bersyarat yang bisa dilakukan dua tahun sekali, tapi selalu ditolak pengadilan.
Ia terakhir kali mengajukan pembebasan bersyarat pada tahun lalu, dan lagi-lagi ditolak. Kala itu, ia meminta maaf dan mengungkap alasannya membunuh John Lennon.
"Aku membunuhnya, menggunakan kalimat Anda sebelumnya, karena dia sangat sangat amat terkenal, dan itu satu-satunya alasan. Dan aku sangat sangat sangat sangat sangat amat mencari kejayaan untuk diriku sendiri, sangat egois," kata dia.