Sukses

Vino G. Bastian Tempuh Perjalanan Spiritual Berbekal Akhlaqul Karimah Karya Buya Hamka

Memerankan tokoh nyata bukan hal baru bagi Vino G. Bastian. Namun, karakter Buya Hamka memberinya perjalanan spiritual.

Liputan6.com, Jakarta Vino G. Bastian dipercaya memerankan Buya Hamka dalam film biografi berjudul sama karya sineas Fajar Bustomi. Buya Hamka adalah ulama, sastrawan, sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia.

Memerankan tokoh nyata bukan hal baru bagi Vino Bastian. Sebelum ini, ia pernah menjadi Chrisye serta Kasino dan sukses di pasar. Meski begitu, suami Marsha Timothy tetap saja tertantang menjelma Buya Hamka.

Salah satu kendala terbesar adalah kemiripan fisik termasuk berat badan. Mengingat, film Buya Hamka akan mengabadikan sejumlah fase hidup penulis Akhlaqul Karimah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

2 dari 5 halaman

Bobot dan Kendala

“Soal bobot memang itu menjadi salah satu kendala di film ini karena durasi syuting kami periodiknya sangat panjang. Ada masa Buya Hamka tampak kurus sekali ketika dia dipenjara,” katanya.

Sementara ketika muda, postur tubuh Buya Hamka sedikit gempal. Fajar Bustomi dan tim mesti merumuskan perubahan fisik Vino G. Bastian untuk meyakinkan penonton termasuk menggunakan prostetis.

3 dari 5 halaman

Perihal Prostetis

“Ini menjadi pertimbangan sutradara, untuk mengambil bobot badan seperti apa dengan prostetisnya juga,” imbuh Vino G. Bastian dalam konferensi pers virtual yang digelar Kamis (16/12/2021).

Baginya, menjadi Buya Hamka adalah perjalanan spiritual. Kali pertama bertemu, Fajar Bustomi memberi Vino G. Bastian buku Akhlaqul Karimah. Momen ini rupanya sangat berarti bagi sang aktor.

 

4 dari 5 halaman

Lebih Dari Tiga Kali

“Saya membaca buku itu sampai habis lalu baca lagi sampai habis itu lebih dari tiga kali. Buat saya itu jadi panduan. Seorang Buya Hamka mengajarkan agama kepada saya dengan cara yang mudah dan simpel,” Vino G. Bastian mengenang.

Buku ini menuntunnya menjadi Muslim yang lebih baik, memulai amalan dari yang dekat dan mudah karena sejatinya Islam itu mudah. Namun, jangan lantas dimudah-mudahkan. 

5 dari 5 halaman

Dari Situ Saya Belajar

“Dari situ saya belajar. Akhirnya setiap adegan yang Fajar mau saya selalu kembali ke situ, yakni perwujudan Buya. Saya tidak boleh mengeluarkan improvisasi lewat dialog atau apapun yang tidak pernah diucapkan Buya,” imbuh Vino G. Bastian.

Ia menyebut semua pemain dan kru mengerjakan proyek ini dengan hati dan hati-hati. “Jangan sampai kami terjebak dalam dramatisasi hingga lupa fakta sejarahnya. Ini pengalaman spiritual yang berarti bukan hanya sebagai aktor tapi sebagai manusia,” pungkasnya.