Liputan6.com, Seoul - Drama Korea Snowdrop masih menjadi sorotan publik meski baru dua episode ditayangkan. Seperti diketahui, tayangan JTBC yang dibintangi Jisoo Blackpink dan Jung Hae In ini diprotes publik karena dianggap mendistorsi sejarah Korea Selatan.
Petisi online dibuka, dialamatkan ke Cheong Wa Dae, Istana Kepresidenan Korea Selatan. Jumlah tanda tangan yang dikumpulkan mencapai lebih dari 200 ribu paraf.
Hal ini langsung berimbas kepada sejumlah produk yang langsung membatalkan kerja sama dengan drakor ini.
Advertisement
Baca Juga
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Minta Dihapus
Diwartakan Koreaboo, Selasa (21/12/2021), angka pembatalan kerja sama dengan Snowdrop kini telah mencapai belasan.
Beberapa di antaranya adalah produk makanan organik Ssarijai, fashion Ganisong, merek teh Teazen, hingga Hans Electronic. Perusahaan ini meminta konten yang terkait produknya di drakor Snowdrop segera dihapus.
Advertisement
Tak Tahu Konten Drama
P&J Group, perusahaan yang merupakan satu dari tiga sponsor terbesar Snowdrop, juga telah mengundurkan diri dari proyek ini. Dalam pernyataan yang disapaikan via Hankyung, pihaknya menyebut tak mengetahui konten drama ini.
Alasan serupa juga diberikan oleh sponsor lain, seperti Ganisong. Perwakilan merek ini menyatakan mereka tak pernah mendapat informasi soal naskah drama ini pada saat menawarkan sponsorship.
Romantisasi Mata-Mata
Seperti diketahui, sejumlah poin di Snowdrop dipermasalahkan publik. Beberapa di antaranya adalah romantisasi mata-mata hingga penyematan lagu bernilai sejarah, yang dianggap tak layak. Penokohan National Security Planning (NSP) dalam drama ini juga dipertanyakan.
Aslinya, pada tahun 1987 banyak warga tak berdosa yang disiksa rezim saat itu, karena secara keliru dianggap sebagai mata-mata.
Advertisement
Bukan yang Pertama
Ini bukan petisi pertama yang dihadapi Snowdrop. Sebelum drama ini tayang, beredar sinopsisnya di media sosial, dan tak sedikit yang menuduh drakor ini bakal memelintir sejarah. Pihak JTBC maupun tim drama berkali-kali membantahnya, termasuk anggapan meromantisasi mata-mata dan agen NSP.
"Dalam latar ini, seorang mata-mata Korea Utara dan seorang agen NSP yang mengejar sang mata-mata hadir sebagai para karakter utama. Mereka bukan karakter yang mewakili organisasi atau badan pemerintah yang terkait. Mereka adalah karakter yang menekankan sudut pandang kritis atas NSP, yang secara aktif mendukung niat jahat yang ingin mempertahankan kekuatan partai pemegang kekuasaan," tutur JTBC Maret lalu.