Sukses

Resensi Film Teka-teki Tika: Ernest Prakasa Terus Gelisah, Sheila Dara Magnet Penarik Perhatian

Ernest Prakasa melepas film keenam, Teka-teki Tika, pada Desember 2021. Beranjak dari zona nyaman, ia menjajal genre baru. Berikut review filmnya.

Liputan6.com, Jakarta Setelah absen tahun lalu, Ernest Prakasa kembali melanjutkan tradisi merilis film saban Desember lewat Teka-teki Tika yang menempatkan Sheila Dara sebagai pemeran utama.

Alurnya bergerak dari rumah mewah Budiman (Ferry Salim) dan Sherly (Jenny Zhang). Pasutri ini menggelar jamuan makan malam bersama kedua putra mereka, Arnold (Dion Wiyoko) dan istri, Laura (Eriksa Rein) serta Andre (Morgan Oey).

Andre malam itu mengajak pacar baru, Jane (Tansri Kemala). Sempat diduga mirip Knives Out, Teka-teki Tika ternyata tak seperti dugaan prematur segelintir orang. Berikut review film keenam Ernest Prakasa.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

2 dari 7 halaman

Namanya Tika

Hari itu, Budiman kedatangan tamu tak diundang. Namanya Tika (Sheila Dara) yang memperkenalkan diri sebagai anak kandung Budiman. Sherly syok berat saat Tika mengklaim punya barang bukti termasuk berkas yang tersimpan dalam amplop cokelat.

Keluarga ini makin syok manakala Tika tahu, Laura hamil anak laki-laki. Rahasia lain, tragedi Ambarawa yang menguak masa lalu Budiman yang ternyata tidak lurus-lurus amat sebagai suami. Tika minta uang 100 juta rupiah untuk tutup mulut.

Sebenarnya, duit segitu tidak besar bagi Budiman. Namun sebuah proyek yang masih mengambang dan potensi kredit macet membuat ia pikir-pikir menggelontorkan uang.

 

3 dari 7 halaman

Duri Dalam Daging

Naskah yang dikemas Ernest Prakasa memungkinkan para tokoh berkumpul di satu titik. Lalu, Tika menjelma akun gosip berjalan yang menguliti bobroknya anggota keluarga Budiman.

Tak semua bobrok namun, polah Tika sebagai karakter sentral sukses membuat keluarga Budiman jungkir balik. Bayangkan, orang asing datang lalu memosisikan diri sebagai duri dalam daging. Dicabut takut terasa sakit dan berdarah, tak dicabut mengganggu.

Sheila Dara membawakan Tika dengan genuin. Potongan rambutnya bikin pangling. Ekspresinya sesekali tampak karikatural, santai, dan suka-suka karena memegang kartu as masing-masing anggota keluarga.

Polahnya, bikin deg-degan. Atau minimal membuat penonton bertanya, “Habis ini, ngapain lagi nih orang.” Misteri digali Ernest Prakasa tanpa meninggalkan akarnya sebagai komedian.

4 dari 7 halaman

Menanti Ledakan

Tetap saja ada pemantik tawa dan tugas ini berada di pundak pendatang baru Tansri Kemala. Dari obat merah hingga perkara shio, materi sederhana ini menjadi semacam relaksasi sebelum lanjut ke babak berikutnya.

Titik lemah film ini, menurut kami, ada di penyelesaian masalah. Terasa menyederhanakan perkara padahal di awal, kedatangan Tika tampak membawa bom waktu.

Kami ketar-ketir menanti ledakan. Apalagi dalam sesi kilas balik, kita melihat betapa bahayanya posisi Budiman di antara tangan-tangan pejabat publik yang enggak bersih-bersih amat.

 

5 dari 7 halaman

Senjata Cadangan

Bukan Ernest Prakasa namanya jika tidak punya senjata cadangan. Sekitar 15 menit terakhir, ada kejutan besar. Ini soal jati diri tokoh utama yang rupanya tak sesederhana yang kita bayangkan. Arah mata angin seketika berbalik.

Konflik yang telah surut kembali menanjak dan jantung penonton kembali deg-degan. Apalagi ada bintang besar yang Anda pasti kenal. Setelah film selesai, mau tak mau penonton pasti membandingkan konflik utama dengan adegan di 15 menit terakhir. Seru, mana? Yang ini, soal selera.

Terlepas dari risiko penataan grafik konflik dan pembandingan di kubu penonton, akhir Teka-teki Tika membuka celah baru. Bisa saja ada sekuel atau prekuel yang membuat latar belakang Tika makin terang.

6 dari 7 halaman

Gemar Gelisah

Dengan plus minusnya, Teka-teki Tika tetap layak diapresiasi. Hari pertama penayangan, film ini menyerap 30 ribuan penonton lebih. Sungguh. Ini tidak jelek untuk kondisi bioskop yang tengah bangkit dari wabah dan dijajah Manusia Laba-laba.

Anda mungkin bertanya, apakah Teka-teki Tika film terbaik Ernest Prakasa? Jawabannya relatif. Karena bagus tidaknya film bisa jadi sangat subjektif. Kami lebih senang, bertanya: Seberapa penting Teka-teki Tika bagi rekam jejak Ernest Prakasa?

Jawabannya penting banget. Indonesia, dengan industri sinema yang masih skala rumahan, butuh sineas yang terus gelisah dan tidak terlena oleh zona nyaman. Ernest Prakasa, salah satu yang “gemar” gelisah.

 

7 dari 7 halaman

Rekam Jejak Ernest

Masih segar dalam ingatan kami, saat Ngenest meraup 700 ribuan penonton, ia tak lantas latah mencari sumber sekunder lain untuk difilmkan. Ernest Prakasa mengambil risiko besar dengan menulis skenario asli.

Kita mengenal naskah ini sebagai Cek Toko Sebelah yang ditonton 2,6 jutaan orang, salah satu skenario asli terbaik dalam 20 tahun terakhir. Dua tahun berselang, Ernest Prakasa menjajal kemampuan dengan menulis spin-off lewat Milly & Mamet.

Ia melompat lagi dengan “memformat ulang” buku Imperfect menjadi naskah yang legit sekaligus film paling hangat. Kini, ia menyeberang ke genre baru. Hal yang dilakukan pula oleh sineas besar lain seperti Riri Riza dengan Paranoia.

Menapaki genre baru bukan mudah. Tentu ada sejumlah catatan. Dengan kegelisahannya, Ernest Prakasa akan terus berkembang. Entah membuka lahan anyar atau kembali ke basic sebagai pencerita komedi ulung dengan formula lebih baru. Bagi kami Teka-teki Tika tetap menghibur, dengan isu peka zaman, dan karakter utama berdimensi.

 

 

Pemain: Sheila Dara, Morgan Oey, Dion Wiyoko, Ferry Salim, Jenny Zhang, Eriska Rein, Tansri Kemala

Produser: Chand Parwez Servia, Ernest Prakasa, Reza Servia

Sutradara: Ernest Prakasa

Penulis: Ernest Prakasa

Produksi: Starvision Plus

Durasi: 1 jam, 23 menit