Liputan6.com, Jakarta Debut di layar lebar pada 2012 lewat film Republik Twitter, Enzy Storia belakangan lebih dikenal sebagai YouTuber sekaligus presenter. Mengawali 2022, ia balik ke lokasi syuting.
Enzy Storia beradu akting dengan Rio Dewanto dalam film 7-24 karya sutrdara Dyan Sunu Prastowo. Film ini menyapa penonton via platform streaming KlikFilm mulai 18 Maret 2022.
Advertisement
Baca Juga
Dalam 7-24, Enzy Storia memerankan Aini yang dinikahi Anggara (Rio Dewanto). Aini mengidap kelainan otak yang berisiko membuatnya kehilangan memori secara permanen.
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sebuah Rahasia
Dokter mengingatkan Anggara, usia istrinya tak akan lama. Yang ditakutkan Anggara terjadi. Aini tak kuasa menahan sakit dan mangkat. Kepergiannya menyisakan rahasia.
“Ada sebuah rahasia yang Aini sampaikan lewat video yang dititipkan ke Susi. Saat pemakaman Aini, Susi memberikan rekaman video tersebut kepada Anggara,” kata Enzy Storia.
Advertisement
Pengalaman Pertama
Dalam sesi wawancara virtual dengan Showbiz Liputan6.com, pekan ini, Enzy Storia terkesan pada kinerja Rio Dewanto di lokasi syuting yang kooperatif dan bikin nyaman.
“Ini pengalaman pertama aku main bareng Rio Dewanto. Dia menyenangkan. Selain lawan main, saya jatuh cinta pada skenario film ini yang membahas keikhlasan cinta,” urai bintang film Pretty Boys.
Disukai Banyak Orang
Sebuah harapan dilantun Enzy Storia. “Semoga film ini menghibur dan memberi perspektif baru kepada penonton. Saya juga berharap 7-24 bisa disukai banyak orang,” pungkasnya.
Dyan Sunu Prastowo menambahkan, 18 Maret 2022 tanggal penting baginya. Pada hari itu ia merilis dua film. Selain 7-24, ada Satu Untuk Selamanya yang dibintangi Adinda Thomas, Dimas Anggara dan Megan Domani.
Advertisement
Tentang Cinta
Satu Untuk Selamanya menceritakan Salma, Ziva, dan Xandra yang hobi ridding. Setelah lima tahun pisah, Salma mengajak dua temannya balik ke hobi lama. Momen tak terlupakan pun terjadi di sana.
“Film ini menceritakan tentang cinta, namun akhir filmnya tidak bisa ketebak. Di sini saya melakukan treatment talent direction untuk konsep platonic love,” Dyan mengulas dua filmnya.