Sukses

Resensi Film The Exorcism of God: Tragedi Pendeta Kerasukan Iblis Yang Diusirnya dari Tubuh Jemaat

The Exorcism of God tiba di Indonesia pekan ini. Film horor ini dibintangi Will Beinbrink, Joseph Marcell, dan María Gabriela de Faría.

Liputan6.com, Jakarta Film horor yang melibatkan memedi tampaknya tak punya banyak tema yang bisa disajikan ke penonton. Premisnya tak jauh dari sebuah keluarga pindah ke rumah baru yang ternyata dihuni lelembut.

Atau, pendeta dimintai tolong untuk mengusir setan yang merasuki tubuh seseorang. Korbannya biasanya anak kecil atau wanita. Yang terbaru ada The Exorcism of God.

The Exorcism of God dibintangi Joseph Marcell dan Will Beinbrink yang kini bisa Anda akses secara legal via platform streaming KlikFilm. Berikut review film The Exorcism of God.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

2 dari 7 halaman

Pengusiran Setan di Penjara

The Exorcism of God mengisahkan tragedi di Nombre de Dios, Meksiko, tahun 2003. Father Peter Williams (Will Beinbrink) mengusir setan dari tubuh Magali (Iran Castillo). Setan bernama Balban bisa membaca pikiran Peter yang diam-diam menyimpan rasa pada Magali.

Sebelum menjalankan ritual pengusiran, ia minta izin kepada Father Michael Lewis (Josephn Marcell) via telepon. Michael minta agar Peter menunggunya dua hari lagi mengingat Balban lebih tangguh dari yang dibayangkan.

Malam itu Peter nekat. Balban berhasil diusir. Apes, beberapa detik kemudian Balban memainkan perasaan Peter hingga melakukan perbuatan terlarang terhadap Magali yang tergolek lemah. Sejak itu, ia dikejar dosa.

Setelah 18 tahun, Peter dimintai tolong untuk mengusir setan dari tubuh Esperanza (María Gabriela de Faría) yang dipenjara. “Kau membuatku basah lagi Bapa Peter,” ucap Esperanza kali pertama bertemu Peter. Rupanya, ada Bablan di tubuh Esperanza. Sebuah rahasia masa lalu terbongkar.

 

3 dari 7 halaman

Performa Will Beinbrink

The Exorcism of God didasari ayat dari surat rasul Paulus kepada Jemaat di Roma, pasal 7 ayat 17 yang isinya, “Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.”

Ayat ini dijadikan pegangan untuk mengembangkan katakter Peter William berikut dunia kecil yang melingkunginya. Hati peter sejatinya putih. Kegagalan mengendalikan diri dimanfaatkan setan lalu menghasilkan dosa.

Karakter Peter dieksekusi dengan baik oleh Will Beinbrink. Ia mempresentasikan kegelisahan, penyesalan, amarah, dan konflik psikologis yang membuat penonton berempati padanya.

 

4 dari 7 halaman

Efek Psikologis

Sejak awal, Will memberi kita pertanda bahwa ada dampak jangka panjang yang mesti diantisipasi penonton. Sineas Alejandro Hidalgo menjadikan Peter sebagai pusat cerita lalu mempresentasikan efek buruk pengusiran setan tanpa kesiapan mental.

Ada efek psikologis dan efek samping terhadap orang-orang tak dikenal. Efek keduanya sebetulnya penting enggak penting. Tanpa kehadiran “figuran” pun kita tahu Balban bukan iblis kemarin sore.

Buktinya, tokoh utama saja bisa “dikadali.” Namun, munculnya para figuran ini juga presentasi dari derajat keparahan yang dipicu Balban.

 

5 dari 7 halaman

Referensi dari Alkitab

Mencermati sejumlah plot, kentara sekali Santiago Fernández Calvete dan Alejandro Hidalgo punya referensi luas soal eksistensi iblis, khususnya berdasarkan Alkitab. Iblis itu cerdas dan tak bisa diusir dengan pola yang sama.

Tentu saja, mengingat Yesaya 14: 12-15 menjabarkan tentang Bintang Timur atau Putra Fajar, malaikat yang jatuh ke Bumi. Balban dengan suaranya yang banyak dalam tubuh manusia mengingatkan kita pada pengusiran Legion oleh Yesus.

Legion artinya banyak. Kumpulan setan ini kemudian diusirNya lalu hinggap di kawanan babi. Pun kita mencatat bahwa para rasul Yesus Kristus pernah gagal mengusir setan dari tubuh anak yang diduga sakit ayan.

Penyebabnya, kata Yesus, para rasul kurang percaya atau masih rahu. Sama seperti wejangan Michael kepada Peter bahwa keraguan adalah awal dari dosa.

 

6 dari 7 halaman

Titik Lemah

Dengan referensi yang kaya, The Exorcism of God terasa masuk akal dari plot, grafik konflik maupun penokohannya yang tidak banyak. Maka, ia terasa intim sekaligus hangat. Tokoh utamanya dekat dengan penonton.

Namun, titik lemah film ini terletak pada penempatan jump scare yang tak sepenuhnya berhasil. Beberapa adegan berhasil bikin panik, namun tak sedikit yang nongol begitu saja dengan after-taste biasa saja. Padahal, penampakan hantunya relatif menyeramkan.

 

7 dari 7 halaman

Tuhan, Iblis, dan Tubuh Manusia

Untunglah, The Exorcism of God ditutup dengan adegan yang tak terduga. Puntiran cerita di pengujung lumayan bikin syok. Jika Anda ingat perumpamaan ilalang di antara gandum, maka adegan penutup film ini terasa relevan.

Jangan salah, The Exorcism of God punya pesan universal kepada umat manapun. Bahwa, Tuhan dan iblis tidak dapat tinggal di tubuh yang sama. Maka, manusia harus menentukan pilihan memihak ke siapa. Jangan sampai mengaku punya agama, eh perilakunya kok kayak…

 

 

 

Pemain: Will Beinbrink, Joseph Marcell, María Gabriela de Faría, Irán Castillo, Juan Ignacio Aranda, Hector Kotsifakis

Produser: Antonio Abdo, Alejandro Hidalgo, Karim Kabche, Joel Seidl

Sutradara: Alejandro Hidalgo

Penulis: Santiago Fernández Calvete, Alejandro Hidalgo

Produksi: Epica Pictures, Mouth of the Devil, Terminal

Durasi: 1 jam, 38 menit