Sinopsis dan Review Turning Red, Rumitnya Hidup ABG Jelmaan Panda Merah

Pertama kali menyadari perubahan fisik ini, Meilin tentu ngeri dan kaget luar biasa. Namun reaksi orangtuanya membuatnya tak kalah kaget, seakan keduanya tahu hal ini akan segera terjadi.

Kemampuan berubah menjadi panda merah ternyata adalah warisan turun temurun dari leluhur Meilin. Sayangnya, kekuatan yang dulu dipandang sebagai berkah, kini dianggap menjadi kutukan. 

Apalagi kekuatan ini muncul setiap kali Meilin tengah merasakan emosi yang berlebihan. 

Ming yang tahu betul risiko kekuatan ini, langsung protektif terhadap putrinya. Apalagi ia tahu betul ada cara untuk menangkal "berkah" ini, dengan melakukan suatu prosesi yang hanya bisa dilakukan sekali. Syaratnya, Meilin tak sering-sering berubah menjadi panda, agar upacara ini bisa berlangsung dengan mudah.

Artinya, Meilin harus menjaga betul emosinya. Yang tak Ming ketahui, ketenangan Meilin ini tak ia dapat darinya, melainkan dari para sahabatnya di sekolah. 

Bersama Hyein Park (Abby), Ava Morse (Miriam), dan Priya (Maitreyi Ramakrishnan), Meilin selalu berbagi cerita. Entah soal cowok yang ditaksir hingga boy band favorit. Begitu pula dengan rahasia menjadi panda merah. 

Tak cuma itu, kekuatan sang panda merah ternyata punya potensi lain untuk mendekatkan kwartet ini dengan idola mereka, meski harus dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. 

Sejak scene perdana, Turning Red adalah tayangan yang begitu menyegarkan mata. Tak cuma warna yang begitu cerah, ceria, dan penuh energi, tapi juga gaya animasi yang ekspresif, sedikit mengingatkan kepada anime.

Turning Red jelas memiliki tema yang sudah bolak-balik dikupas di banyak film lain, yakni dinamika hubungan antara orangtua dan anaknya yang beranjak dewasa. Soal mengambil keputusan, tekanan atas harapan orangtua, hingga melepas anak untuk menjadi pribadinya sendiri. 

Meski begitu, Turning Red tetap sangat menarik dan hangat untuk disimak, karena keberadaaan "sidik jari" Pixar di dalamnya. Yakni kemampuan dalam menggali tema, sehingga membuatnya topik sederhana ini terasa kontemplatif bagi penonton, terutama yang berusia dewasa,