Liputan6.com, Jakarta Shandy Aulia menggelar sesi tanya jawab daring lewat Instagram Stories pada Selasa (10/5/2022). Dalam kesempatan itu, Nyonya David Herbowo membebaskan netizen tanya apa saja. Salah satu netizen curhat menjalani cinta beda agama selama 11 tahun.
“Menurut pandangan Kak Shandy cinta beda agama itu gimana? Sudah 11 tahun hubungan saya enggak ada kepastian,” tanya seorang netizen yang identitasnya tidak diungkap ke publik.
Sebelas tahun pacaran tanpa kejelasan karena beda keyakinan membuat hati bintang film Eiffel I’m in Love tergerak merespons. Menurutnya, dibutuhkan ketegasan dan jangan buang waktu.
Advertisement
Baca Juga
Jika tak tampak titik terang dalam sebuah hubungan serius, alangkah baiknya segera mengakhiri baik-baik. Mengingat, peraturan di Indonesia tak mengizinkan kawin campur alias nikah beda agama.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jangan Buang Waktu
“Menurut pandangan dan prinsip saya, tidak setuju. Jangan memulai dan bila sudah memulai ambil keputusan segera. Jangan lagi ditunda, jangan buang waktu,” Shandy Aulia merespons.
“Pernikahan seiman adalah hal yang penting karena pernikahan butuh fondasi iman. Utamakan Tuhan dalam segala aspek hidupmu,” ibunda Claire Herbowo berbagi pandangan.
Advertisement
Iman Adalah Keselamatanmu
Shandy Aulia minta netizen apapun agamanya tak mengorbankan iman hanya karena kebelet nikah. Perjalanan spiritual seseorang termasuk pindah agama mestinya bersumber dari panggilan hati.
“Iman adalah keselamatanmu sendiri, karena itu jangan pernah mengubah imanmu hanya karena ingin menikah,” tulis Shandy Aulia seraya mengingatkan bahwa nikah tak hanya butuh cinta.
Rendah Hati, Lembut Hati
Setelahnya, ia ditanya soal pasangan hidup. Menurut Shandy Aulia, pasangan hidup terbaik membuat seseorang ingin tetap bersamanya selamanya terlepas dari kekurangan maupun kelebihannya.
“Mau rendah hati dan lembuh hati untuk dibentuk dan berjalan bersama apapun yang terjadi. Terutama memiliki prioritas yang jelas dalam hidupnya. Takut akan Tuhan tidak hanya di bibir dan ucapan saja tapi benar-benar menjadi pelaku firman yang hidup,” urainya.
Advertisement