Sukses

Resensi Film Kambodja: Dua Insan Kesepian Merajut Cinta Terlarang, Manis Sekaligus Melenakan

Kambodja karya sutradara Rako Prijanto dibintangi Adipati Dolken dan Della Dartyan. Menampilkan kisah cinta terlarang dengan latar Jakarta tahun 1950-an.

Liputan6.com, Jakarta Kambodja, film berlatar Jakarta di dekade 1950-an adalah karya Rako Prijanto. Diperkuat Adipati Dolken, Della Dartyan, dan Revaldo, film ini menampilkan cinta dengan emosi yang tertahan. Dibalut air muka tenang, tergambar jelas betapa berisik konflik batin para tokohnya.

Syuting Kambodja digelar tahun lalu. Film ini tayang di platform streaming KlikFilm mulai 13 Mei 2022. Tak sekadar menuturkan cinta, Kambodja menampilkan kepingan sejarah.

Dari era klasik 1955, ia melompat 10 tahun kemudian. Maka, kita bisa mengendus ke mana arah film dan jenis ending seperti apa yang ditawarkan Kambodja kepada penonton.

Urusan penyutradaan, kepiawaian Rako Prijanto mengarahkan para pemain dan membangun nuansa tempo doeloe tak perlu diragukan. Berikut review film atau resensi film Kambodja.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 7 halaman

Penjaga Perpustakaan

Danti (Della Dartyan) seorang penjaga perpustakaan menikah dengan Sena (Revaldo), aktivis partai politik. Keduanya tinggal di rumah indekos milik Cik Mei (Yenni). Di sana, pasutri ini bertetangga dengan penulis lepas, Bayu (Adipati Dolken).

Istri Bayu adalah Lastri (Carmela van der Kruk) seorang biduan yang manggung di berbagai acara. Hari pertama menginap, Sena terganggu suara mesin tik Bayu yang tak berhenti padahal malam mulai larut.

Setelahnya, Sena rajin ke luar kota. Jadwal manggung Lastri pun merapat. Danti setia menanti Sena dan berkomunikasi lewat telepon. Begitu pula Bayu. Ditindas kesepian membuat interaksi keduanya menghangat. 

3 dari 7 halaman

Kehidupan Danti

Dari obrolan di ruang tengah, Danti tahu Bayu suka olahan ikan. Bayu pun tahu Danti menggemari satai ayam. Berkali-kali tulisan Bayu ditolak koran karena dinilai terlalu subjektif. Kurang cocok dengan iklim politik saat itu. 

Danti menyuguhkan perspektif berbeda, agar Bayu menjajal menulis fiksi. Di luar dugaan, karya fiksi Bayu disambut redaktur koran. Dalam hitungan minggu, kariernya sebagai penulis meroket. Membaca fiksi Bayu, Danti curiga kisah dalam koran itu tentang dia.

Kambodja menarik bukan hanya dari sisi artistik, riasan wajah dan rambut, serta tata busana.

4 dari 7 halaman

3 Elemen yang Unggul

Ketiga elemen ini memang penting untuk menciptakan Indonesia di dedake 1950-an. Dengan gambar yang jarang lanskap, Kambodja berhasil membawa penonton ke masa lalu.

Yang ciamik bukan hanya ketiga unsur tadi, keputusan Rako Prijanto soal tone warna membuat Kambodja terasa kian jadul sekaligus klasik. Semburat cokelat keemasan yang sesekali tampak pucat membuat dunia Danti dan Bayu lebih mengasyikkan.

Yang paling memikat dari film ini, sejatinya Della Dartyan. Wajahnya sangat Indonesia saat tampil kekinian. Dalam Kambodja, ia terasa pas. Aksen dan gaya bicaranya terasa baku, mengingatkan kita pada era Tiga Dara.

5 dari 7 halaman

Pesona Della Dartyan

Gesturnya melenakan, dari cara berjalan, menjaga mata dengan agak menunduk kepada lawan bicara, hingga gayanya menutup pintu mobil. Ada jarak-jarak kecil yang dibuat saat bicara dengan orang lain.

Jarak yang sama dengan rasa berbeda dibuat saat ia berinteraksi dengan Sena. Ini menandakan ada yang tak beres dengan rumah tangganya. Emosi dan pesan ini disampaikan Della Dartyan dengan tepat sasaran.

Revaldo dengan porsi lebih terbatas juga tampil memikat. Gaya rambut dan busananya terasa meyakinkan sebagai orang tempo dulu. Saat lepas kontrol, kendali tetap dipegangnya. Ia tetap berada di zona sebelum Generasi Bunga.

6 dari 7 halaman

Aroma Perselingkuhan

Aroma perselingkuhan berembus dengan sangat anggun, lewat sejumlah momen yang membuat pikiran penonton menyimpulkan dengan cermat. Dari genggam tangan, hindangan yang tersaji di meja, hingga secarik kertas.

Elemen lain yang patut diapresiasi adalah tata musik. Tidak terlalu tebal namun berkumandang di saat yang tepat. Jadilah Kambodja sebagai suguhan yang berkarakter dengan tempo mendayu namun tidak sampai bertele-tele.

Ceritanya sebenarnya sederhana. Terasa kompleks berkat latar belakang 1955-1965 lengkap dengan pergerakan politik, arah angin sebuah orde, “angkatan kelima,” rakyat versus rakyat, dan konsekuensi memihak pada kubu tertentu.

7 dari 7 halaman

Dunia Sempit

Dunia Danti dan Bayu dalam film ini sempit. Maka kita tidak melihat pergerakan politik berskala besar yang memengaruhi keputusan para tokoh, termasuk aktivitas politik Sena dan sepak terjang Lastri, yang sejak awal kami yakini bukan sembarang biduan. Mestinya bisa lebih digali.

Fokusnya hanya pada Danti, Bayu, dan ke mana kisah cinta mereka berujung. Secara keseluruhan Kambodja suguhan yang berbeda, syahdu. Selesai menonton film ini, hati teriris dan pikiran merenung.

 

 

Pemain: Della Dartyan, Adipati Dolken, Revaldo, Carmela van der Kruk, Yenni

Produser: Frederica

Sutradara: Rako Prijanto

Penulis: Anggoro Saronto

Produksi: Falcon Pictures, KlikFilm Productions

Durasi: 75 menit