Liputan6.com, Jakarta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan sejumlah poin penting terkait musibah yang menimpa putra sulungnya, Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril di sungai Aare, Kota Bern, Swiss.
Menghilang sejak Kamis (26/5/2022), anak Ridwan Kamil itu hingga kini belum ditemukan. Dalam pengajian keluarga yang digelar di Bandung, baru-baru ini, ia menyebut tragedi ini sebagai musibah.
Bintang film Dilan 1990 menyebut sungai Aare punya karakter berbeda jika dibandingkan dengan sungai-sungai di Tanah Air. Sungai di Indonesia terbentuk dari mata air sedangkan Aare dari salju yang mencair.
Advertisement
Baca Juga
“Sungai Aare itu sungainya beda dengan sungai-sungai di kita. Kalau di kita, sungai itu sumbernya mata air, jadi sudah hangat. Sedingin-dinginnya masih menghangat,” kata Ridwan Kamil.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dari Salju Es
“Kalau di sana itu sungainya itu datang dari salju es yang cair. Jadi walaupun cuacanya biru panas, itu airnya seperti air kulkas kira-kira begitu,” suami Atalia Praratya menyambung.
Melansir dari video pengajian di kanal YouTube KH Infotainment, Senin (6/6/2022), Ridwan Kamil membeberkan, bahwa Eril sejatinya bisa berenang, bahkan memiliki lisensi menyelam.
Advertisement
Menduga Ada Kram
Dengan kemampuan berenang dan menyelam, semestinya Eril bisa bertahan di tengah arus sungai Aare pada hari itu. Ridwan Kamil menduga ada faktor lain: Eril mengalami kram.
“Jadi pas kejadian, kami itu menduga ada kram. Karena fisiknya itu lebih tinggi dari saya. Di usia yang lagi bagus-bagus badannya. Dia juga hobi berenang, punya lisensi menyelam pula,” ujar Ridwan Kamil.
Harusnya Aman-aman Saja
“Jadi menurut logika fisik, harusnya aman-aman saja. Tapi kita kan tidak pernah tahu ya, makanya disebut musibah,” tutur Ridwan Kamil menahan sedih. Diberitakan sebelumnya, hilangnya Eril di Sungai Aare jadi isu nasional beberapa hari terakhir.
Ridwan Kamil sampai tak berani baca berita seputar anaknya. “Saya tidak berani baca berita bersama keluarga, karena sudah fokus mencari. Saya ngintip-ngintip saja gitu. Ke mana pun saya intip ya beritanya tentang almarhum anak saya, itu luar biasa,” akunya.
Advertisement