Liputan6.com, Jakarta Jika Anda menyaksikan Satria Dewa: Gatotkaca di bioskop mulai 9 Juni 2022, saksikan hingga daftar credit title merayap. Di situ, ada nama almarhum Ashraf Sinclair di special mention.
Hanung Bramantyo menyebut ada alasan khusus mengapa nama suami BCL tertera di credit title. Ia mengenang momen dua tahun silam ketika mengembangkan sejumlah tokoh kunci di film Satria Dewa: Gatotkaca.
Hanung Bramantyo sengaja merekrut sejumlah aktor muda nan tampan yang selama ini identik dengan peran protagonis utama untuk menghidupkan tokoh antagonis alias villain.
Advertisement
Baca Juga
Ashraf Sinclair pilihan pertama Hanung Bramantyo. Tak main-main, sutradara Ayat-ayat Cinta dan Get Married mengontak manajemen Ashraf Sinclair. Janji temu pun dibuat dengan sang aktor.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ashraf dan Gatotkaca
“Jadi Ashraf Sinclair itu salah satunya. Fedi dan Ashraf itu kan selalu jadi karakter protagonis di film,” cerita Hanung Bramantyo kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta Selatan, Senin (6/6/2022).
Masih segar dalam ingatan suami Zaskia Adya Mecca, ia mengontak Ashraf Sinclair pada 17 Februari 2020. Janji temu dengan sang aktor dibuat pada 18 Februari 2020 di Jakarta.
Advertisement
Janji Temu Buat Casting
“Pada saat kami janjian ketemu buat casting, malamnya teleponan untuk casting. Besoknya janjian ketemu sama saya, tapi subuh dia meninggal dunia,” sutradara peraih 2 Piala Citra menyambung.
“Ya harusnya dia sebagai Profesor Arya yang sekarang diperankan Edward Akbar,” Hanung Bramantyo menambahkan. Untuk menghormati komitmen dan dukungan Ashraf Sinclair kepada Gatotkaca, namanya diabadikan di credit title.
Karena Saya Belajar Banyak
Film Satria Dewa: Gatotkaca mendapat pujian dari para jurnalis dan pemerhati film. Hanung Bramantyo dinilai berhasil mengemas cerita dari Mahabarata yang klasik menjadi kekinian dan dekat dengan generasi muda.
“Karena saya belajar banyak dari Sang Pencerah, Soekarno, dan Bumi Manusia yang terakhir. Saya belajar dari Pak Naveen bagaimana ia ‘memaksa’ saya untuk meremajakan konten yang berat tanpa mengubah isinya,” ujarnya.
“Harus sesuai dengan novelnya tapi bagaimana dari gambarnya, set, kostum, dan pacing-nya harus merefleksikan anak muda. Hasil pembelajaran itu saya terapkan di Gatotkaca ini,” Hanung Bramantyo mengakhiri.
Advertisement