Sukses

Hei Para Aktivis! 5 Lagu Bob Marley Ini Bisa Jadi Pilihan Anthem Saat Demonstrasi lho

Legenda musik reggae yang lahir pada 6 Februari 1945 ini memiliki nama asli Robert Nesta Marley.

Liputan6.com, Jakarta Siapa sih yang nggak kenal sama musisi satu ini? Ya, Bob Marley! Legenda musik reggae yang lahir pada 6 Februari 1945 ini memiliki nama asli Robert Nesta Marley. Walau sudah lebih dari 30 tahun tiada, nama Bob Marley masih harum dan melegenda sampai saat ini.

Selain seorang musisi, ia juga merupakan seorang seorang revolusioner lho. Ia menggunakan reggae sebagai senjata perlawanannya terhadap ketidakadilan, rasialisme, kemiskinan, kolonialisme, hingga imperialisme.

Buat kamu yang sering turun ke lapangan dan melabeli diri sebagai aktivis, mungkin lagu ini bisa kamu jadikan rekomendasi anthem saat demonstrasi menentang kesewenang-wenangan penguasa ya! Mau tahu apa saja? Berikut ini 5 lagu Bob Marley yang paling menyuarakan perlawanan, check this out!

2 dari 6 halaman

1. Redemption Song

Lagu ini merupakan salah satu masterpiece dari Bob Marley jelang ia tutup usia. Lagu ini dibuat tahun 1980, sedangkan ia meninggal dunia tahun 1981.

Lagu ini sarat akan perlawanan. Sampai-sampai Bono, vokalis U2, mengaku sering membawakan lagu ini saat bertemu dengan politikus, Perdana Menteri atau Presiden. "Redemption Song" juga terinspirasi dari seruan Garvey untuk rakyat Afrika, agar mereka membebaskan diri dari segala bentuk belenggu perbudakan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga mentalitas.

3 dari 6 halaman

2. Africa Unite

Seperti "Redemption Song", Bob Marley terlihat sangat dipengaruhi oleh Garvey. Termasuk visi Garvey tentang persatuan Afrika melawan rasialisme, kolonialisme dan imperialisme. Garvey selalu berseru, “Afrika untuk Afrika”.

Di lagu “Africa Unite”, yang muncul di album Survival tahun 1979, Bob terang-terang menyokong Pan-Afrikanisme. Ia menyakini, pembebasan penuh rakyat Afrika hanya mungkin kalau seluruh benua Afrika terbebaskan dari kaum babylon (penindas).

4 dari 6 halaman

3. Revolution

Di tengah situasi politik Jamaika yang memanas akibat perseteruan politik antara Partai Rakyat Nasional (PNP) yang nasionalis-progressif versus Partai Buruh Jamaika (JLP) yang konservatif, Bob Marley melahirkan lagu ini. As u know, pada waktu itu PNP dipimpin oleh Michael Manley. Partai ini menjanjikan redistribusi kekayaan dan mengangkat derajat ekonomi dan martabat kelas sosial paling bawah.

Tetapi upaya PNP dihadang oleh JLP di bawah pimpinan Edward Seaga, yang di belakangnya adalah AS dan CIA. Meski tidak mendukung langsung, Bob bersimpati pada perjuangan PNP.

Lagu “Revolution” adalah ekspresi kemarahan Bob atas situasi itu. Dia terang-terangan menyerukan revolusi sebagai jalan keluar atas berbagai persoalan yang melilit rakyat Jamaika.

5 dari 6 halaman

4. War

Lagu “War” muncul di album Rastaman Vibration tahun 1976. Lagu-lagu ini benar-benar filosofis dan politis. Tidak hanya itu, lagu ini terang-terangan menembak langsung diskriminasi rasial, kolonialisme dan imperialisme.

Sebagian lirik lagu ini diambil dari pidato pemimpin Ethiopia, Haile Selassie, di Sidang Umum PBB tahun 1963. Saat itu Haile Selassie mengutuk agresi Italia terhadap negerinya. Dalam banyak hal, Bob memang mengagumi pemimpin Ethiopia itu.

6 dari 6 halaman

5. Get Up, Stand Up

Lagu ini nggak boleh terlewatkan, jika membicarakan Bob Marley dan gerakan seni yang kerap bersenggolan dengan politik. Dengan liriknya, “Get up, stand up, stand up for your rights”, lagu ini menjadi semacam manifesto perlawanan Bob Marley. Lagu yang diciptakan bersama oleh Bob Marley dan Peter Tosh pada tahun 1973 ini merupakan seruan perlawanan.

Sejatinya, lagu ini bukan hanya panggilan bagi rakyat kulit hitam untuk melawan rasisme, tetapi juga seruan kepada rakyat tertindas di mana saja untuk bangkit merebut hak-haknya.

Nah, itu dia 5 lagu Bob Marley yang peka terhadap situasi politik yang sedang terjadi dan menindas rakyat yang tak memiliki kuasa atas kehidupannya. Menurut kamu, lagu mana yang cocok jadi anthem saat melakukan aksi demonstrasi, wahai para aktivis lapangan?

 

(*)