Sukses

Resensi Film The Scars Of Ali Boulala: Dokumenter Biografi Legenda Skateboard, Dituturkan Tanpa Jaim

The Scars Of Ali Boulala mengisahkan legenda skateboard kelahiran Stockholm, Swedia, Ali Boulala. Penuh prestasi sekaligus sensasi.

Liputan6.com, Jakarta Langsung saja, The Scars Of Ali Boulala adalah dokumenter sekaligus biografi yang menuturkan seluk beluk kehidupan pemain skateboard legendaris kelahiran Stockholm, Swedia.

Berkibar di dekade 1990-an, prestasi Ali Boulala menggunung bersama tumpukan sensasi yang membuat namanya tidak bersih-bersih amat. Meski demikian, populasi penggemarnya kala itu membengkak.

Karya sineas Max Eriksson ini memotret fenomena Ali Boulala. Film ini melenggang ke Festival Film Internasional Warsawa, Guanajuato, Tempo Documentary Festival, dan menerima apresiasi positif dari para pemerhati film.

Di Indonesia, The Scars Of Ali Boulala tak edar di bioskop. Anda dapat mengaksesnya secara legal lewat platform streaming KlikFilm. Berikut review film The Scars of Ali Boulala.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 7 halaman

Film Dibuka Dengan...

Film dibuka dengan layar TV tabung yang terdiri barisan konfigurasi warna merah, hijau, biru, lalu membentuk gambar bergerak. Seorang anak muda bermain skateboard.

Lantas, terdengar narasi yang menggambarkan dampak permainan ini terhadap fisik dari patah tulang hingga retakan di tulang tengkorak yang dianggap tak terlalu penting.

Di atas semua luka fisik itu, ada cinta terhadap skateboard yang mengantar Ali Boulala menjadi ikon sebuah generasi. Kamera lalu membawa kita mengikuti mobil yang terpakir di depan sebuah rumah.

Ali Boulala dan keluarga membongkar tumpukan papan seluncur beragam motif dari wajah tersenyum hingga vespa. Tak banyak yang bisa diingatnya. Lalu, ada boks berisi sejumlah piala. Salah satunya, didapat di Swedia pada 1995.

 

3 dari 7 halaman

Mesin Kenangan Terus Berputar

Mesin kenangan terus berputar dan membawa penonton ke fase-fase Ali Boulala yang berjiwa bebas. Bebas dalam arti sebenarnya. Bebas yang membuatnya kebablasan.

Anda mau melihat jenis kenalakan apapun, ada. Minum miras sampai muntah. Mejajal narkoba. Gaya hidup hura-hura sampai terkapar di dekat kloset. Sebuah adegan bahkan menampilkan aksi meludahi kamera.

Ali Boulala pun pernah emosi hingga membanting-banting papan seluncurnya hingga tak berbentuk. Atau, mengisap rokok dan dalam kondisi masih menyala, lintingan itu dimasukkan ke dalam mulut lalu disiram minuman.

 

4 dari 7 halaman

Tidak Jaim, Apa Adanya

Ketika biografi biasanya memihak kepada sang tokoh kalau tak mau dibilang mengultuskannya, The Scars of Ali Boulala bergerak dengan teknik sebaliknya. Kehidupan Ali seolah tanpa sensor. Tidak jaim.

Apa adanya, seolah berkata kepada audiens: Lo terima gue syukur, enggak juga bodo amat. Bagi sebagian orang, film ini menyenangkan karena memungkinkan mereka mengenal Ali dari sisi gelap, terang, hingga remang.

Yang lain mungkin berpikir: Ini orang begini amat, ya? Di antara tumpukan adegan “suka-suka gue” ala Ali, sejujurnya kami terpaku pada momen yang digambarkan sebagai, “Dia tidak peduli. Dia melakukan apa yang dia inginkan.”

 

5 dari 7 halaman

Hal-hal Yang Salah

Ali Boulala dengan baju seadanya berjalan terhuyung-huyung. Tangan kirinya memegang minuman kaleng. Tangan kanannya menuntun seekor anjing. “Mati saja kau gen***!” begitu ia memaki seseorang. Ia melihat ke belakang, ke masa muda, dan faktanya memang tidak baik-baik saja.

“Aku tidak tahu apa yang orang pikirkan tentang aku, dan aku masih tidak peduli. Sekarang melihat ke belakang dan aku pikir itu salah. Perilaku buruk, melakukan hal-hal yang salah, tapi itu dihargai. Entah mengapa,” ujarnya.

Di titik ini, tergambar jelas kontradiksi ketika sebuah ikon salah langkah dan para pengikut mengamini (atau minimal diam) ketimbang melayangkan nota protes sebagai peringatan.

 

6 dari 7 halaman

Banyak Sudut Pandang

The Scars Of Ali Boulala dituturkan dari banyak sudut pandang tokoh di sekitarnya. Ini membantu penonton memahami Ali Boulala dari berbagai perspektif, mengapa ia penuh kontroversi sekaligus prestasi.

Mengapa banyak orang menggilainya padahal punya banyak sisi gelap. Ada banyak cinta sekaligus kesalahan dan ini membuat The Scars Of Ali Boulala terasa sangat “bergizi.”

7 dari 7 halaman

Kegilaan Dalam Hidup

Kita tahu ada banyak kegilaan dalam hidupnya. Satu di antaranya terjadi di Australia, Maret 2007. Sepeda motor yang ditumpangi Ali dan rekannya, Shane Cross, ditimpa kecelakaan. Ali dikabarkan koma sementara Shane tewas.

Wikipedia melansir dari The Daily Telegraph, Sydney, Australia, bahwa keduanya berada di bawah pengaruh miras dan berkendara tanpa helm. Tragis sekaligus menyakitkan.

Dari kesalahan orang lain, kita bisa belajar agar hal serupa tak terjadi dalam hidup kita. Pada akhirnya, The Scars Of Ali Boulala menjadi semacam pengingat untuk kita semua. Usia menonton film ini, ada banyak renungan menggenang di benak.

 

 

 

Pemain: Ali Boulala, Amanda Boulala, Omar Boulala, Peggy Boulala, Raija Boulala, Ewan Bowman, Shane Cross, Dustin Dollin, Erik Ellington, Rune Glifberg

Produser: Mario Adamson, Ashley J. Smith

Sutradara: Max Eriksson Penulis: Mikel Cee Karlsson, Max Eriksson

Produksi: Sisyfos Film Production, Folk Film

Durasi: 1 jam, 40 menit