Liputan6.com, Jakarta Hadir dengan kapasitasnya menjadi pembicara pada acara Forum Bisnis Daerah (Forbisda) BPD Hipmi Sulawesi Barat di Mamuju lalu, Caketum Hipmi 2022-2025 Bagas Adhadirgha menyampaikan hal yang tentunya amat membanggakan bagi pengusaha-pengusaha muda sebagai putra daerah Sulbar yang hadir pada kesempatan itu, namun juga menjadi suatu hal yang ironi pada sesi ‘Sharing Discussion’.Â
"Saat saya menempuh pendidikan tinggal 3 tahun di Eropa saya perhatikan ada 2 kebutuhan pokok yang penting di sana yaitu : Kopi dan Coklat. Mereka makan Coklat di sana udah seperti kaya makan nasi.  Â
Nah banyak orang beranggapan bahwa coklat dari Eropa terutama Belgia memiliki cita rasa tinggi atau yang paling berkualitas," ujar Bagas Adhadirgha dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Advertisement
"Saking populernya, coklat Belgia ini sangat diburu. Namun di dalam Hipmi ini saya teringat mengenai obrolan saya dengan mantan Ketum Jupri Hipmi Sulbar, beliau bercerita panjang lebar kepada saya bahwa beliau memiliki kebun Kakao di Polewali Mandar, dan beliau ini ternyata mengekspor Kakao ke salah satu merk Coklat terkenal di Eropa dan merk itu di jual di Belgia," tambahnya.
Â
Kompak
Bagas menjelaskan bahwa jika pengusaha muda Sulbar bisa dengan mudah bergandengan tangan untuk memperkenalkan coklat Sulbar.Â
"Dengan menginisiasi pabrik pengolahan coklat di sini, mempelajari teknik pengolahan coklat yang tepat, tentunya ini akan menambah value added coklat Sulbar yang nantinya akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan ekonomi daerah, karena menurut data saya melihat Sulbar ini merupakan salah satu lokasi penghasil Kakao dengan persentase kapasitas produksi menyumbang sebesar 9,71 persen dari total produksi Kakao di Indonesia. Ayo, mari kita bareng-bareng coba menangkap peluang yang sangat besar ini. Saya siap untuk membantu teman-teman pengusaha muda di Sulbar untuk naik kelas,"Â ujarnya.
Â
Â
Advertisement
Bukan Utama
Bagas Adhadirgha sempat hadir dalam acara Forbisda yang sejatinya akan dihadiri oleh pemerintah provinsi daerah. Namun karena jadwal yang belum sesuai tak urung membuat suasana Forbisda ini kehilangan animonya.Â
Ditemui secara terpisah Bagas Adhadirgha menyampaikan, "Bursa Caketum HIPMI ini soal menang kalah itu bukan yang utama. Kesempatan besar saya dalam menghampiri teman-teman pengusaha daerah ini adalah moment yang baik untuk menggerakan. Semua ini aset negara. Ini adalah bentuk-bentuk konsolidasi nasional di level anak muda khususnya pengusaha muda yang wajib memahami peta permasalahan daerah dan jadi penggerak bukan hanya penonton. Saya rasa Indonesia sangat membutuhkan sosok-sosok tokoh yang tidak hanya sukses sendiri namun mampu menjadi penggerak," pungkas Bagas.
Â