Liputan6.com, Jakarta Force Majeure dirilis pada 2014 dan kini bisa diakses secara legal lewat platform streaming KlikFilm mulai November 2022. Meski diluncurkan sewindu silam, tema film Force Majeure langgeng.
Karya sineas Ruben Ostlund membahas cinta diuji saat melewati masa sulit, apalagi jika fase pahit itu terkait dengan nyawa. Ego kadang meledak di sana. Cinta kemudian dipertanyakan eksistensinya.
Force Majeure yang dirilis dengan judul internasional Turist punya rekam jejak ciamik di kancah festival. Menang di Festival Film Cannes, ia dinominasikan di Golden Globe Awards dan BAFTA untuk Film Berbahasa Asing Terbaik.
Advertisement
Baca Juga
Resensi Film The Devil’s Light: Biarawati Pertama di Sekolah Pengusiran Setan Hadapi Teror dari Masa Lalu
Resensi Film Lyle Lyle Crocodile: Drama Keluarga Hangat Berbumbu Lawak Plus Amunisi Lagu-lagu Indah
Resensi Film Cross The Line: Jungkir Balik Orang Susah, Rela Berbuat Kelewat Batas Demi Rp 35 Juta
Sayang, komite Oscars kala itu tak meliriknya. Jika punya waktu senggang dan ingin mengulik koleksi film lawas di OTT, Force Majeure dengan alur yang tidak njelimet layak tonton. Berikut resensi film atau review film Force Majeure.
Salju Longsor, Bapak Kabur
Pasutri Tomas (Johannes Bah Kuhnke) dan Ebba (Lisa Loven Kongsli) mengajak putra-putri mereka, yakni Vera (Clara Wettergren) serta Harry (Vincent Wettergren) liburan ke resor mewah French Alps.
Mulanya, liburan tampak menyenangkan. Suatu pagi, mereka sarapan menghadap bukti berlapis es. Mendadak terdengar suara gemuruh. Beberapa detik kemudian salju longsor. Harry histeris ketakutan.
Tomas meyakinkan anak dan istri tak perlu pindah tempat. Semua akan baik-baik saja. Apes, salju dari ketinggian 50 meter rontok hingga nyaris menerjang restoran. Butir-butir es berhamburan. Ebba refleks melindungi Vera dan Harry.
Tomas kabur membawa sarung tangan dan ponsel yang dipakai merekam longsoran salju. Mendapati fakta ini, Ebba naik pitam. Pertengkaran keduanya meledak di depan kamar hingga Vera dan Harry ketakutan.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Terma Simpel Yang Berkembang
Di tangan Ruben Ostlund, tema simpel ini berkembang menjadi drama keluarga yang bikin kepikiran. Sang sineas menempatkan kita sebagai saksi kejadian suami kabur saat nyawa istri dan anak terancam.
Aksi kabur ini tak dibingkai dengan kamera closeup atau adegan super-detail tapi kita tahu, tak ada perlindungan dari kepala keluarga dan karenanya, penonton merasa ini janggal.
Tak Ada Antagonis
Kalau saksi merasa janggal, apa kabar mereka yang ditinggal dalam situasi krisis. “Tersangka” punya versi kejadiannya sendiri. Pertikaian demi pertikaian pun menyering dengan kondisi beragam, dari ribut empat mata hingga di ruang publik.
Yang bikin Force Majeure makin menggigit, tak ada antagonis di sini. Kepada Ebba, kita berempati. Kepada Vera dan Harry, kita maklum kenapa emosi mereka kian labil.
Advertisement
Fungsi Karakter Pendukung
Sementara kepada Tomas, penonton tak bisa benci melainkan penasaran dan bertanya, “Kenapa sih lo ngeles? Ada masalah psikiskah sampai kelakuan lo begini banget?”
Force Majeure tipe drama yang tak butuh banyak pemain. Empat pemeran pendukung di luar lingkar keluarga Tomas muncul dengan fungsi jelas. Ada yang berfungsi sebagai pembanding hubungan dengan pasangan hingga merasakan impak sikap karakter utama.
Emosi Penonton Diaduk
Interaksi para tokoh yang intens dibekali dialog tajam membuat tokoh-tokoh dalam dunia Force Majeure berproses dan berkembang. Sifat asli mereka makin kentara di babak akhir.
Bersama dengan itu, emosi penonton diaduk. Audiens dikondisikan memikirkan banyak hal sebelum membuat penilaian akhir terhadap para tokoh. Force Majeure dengan naskahnya yang kuat mengikat penonton sejak menit awal.
Advertisement
Tergambar Gamblang
Pasalnya, hari pertama liburan, semua asyik. Hari kedua, semua yang indah berubah jadi buram lalu runyam. Force Majeure mengajari kita, rencana liburan memang selalu indah. Eksekusinya belum tentu. Ada faktor eksternal (yang biasanya) di luar kendali kita.
Saat liburan, sifat asli seseorang biasanya tampak. Ada ego. Harapan. Kemampuan meng-adjust kondisi yang tak sesuai rencana dan sebagainya. Semua ini tergambar gamblang dengan ending elegan.
Pemain: Johannes Bah Kuhnke, Lisa Loven Kongsli, Clara Wettergren, Vincent Wettergren, Kristofer Hivju, Fanni Metelius
Produser: Erik Hemmendorff, Marie Kjellson, Philippe Bober
Penulis: Ruben Ostlund
Sutradara: Ruben Ostlund
Produksi: Beo film, Coproduction Office
Durasi: 1 jam, 59 menit