Liputan6.com, Jakarta Mungkin banyak yang belum tahu bahwa zaman sekarang ada penyakit yang dikenal sebagai GERD dan Anxiety. Penyakit ini sedang menyebar dibeberapa kalangan usia produktif, bahkan tidak sedikit juga yang sudah terkena pada usia remaja.
Anxiety biasanya diawali oleh timbulnya rasa tidak nyaman di badan, jantung berdebar, yang disertai oleh rasa khawatir berlebihan, seperti mau mati, yang datang secara tiba tiba tanpa suatu alasan yang jelas.
Penderita kerap sudah menghabiskan dananya hingga jutaan rupiah untuk pergi ke dokter, ke IGD, atau membeli berbagai obat tradisional. Namun gejala tidak kunjung sembuh.
Advertisement
Para penderita sangat merasakan ada sesuatu yang penyakit yang aneh pada tubuhnya yang kadang datang secara tiba tiba. Walau mereka sering membicarakan hal ini kepada keluarga atau teman namun tidak ada yang dapat mengerti perasaannya.
Banyak yang mengira mereka hanya lebay alias berlebihan. Padahal hal ini amat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari para penderitanya.
Gejala yang datang secara tiba-tiba, dimulai dari rasa tidak nyaman di sekujur tubuh, keliyengan seperti rasa mau jatuh pingsan, sesak napas tiba-tiba, jantung berdegup kencang, rasa tercekik di leher, ataupun nyeri di beberapa bagian dada.
Baca Juga
Â
Â
General Anxiety Disorder
Gejala yang juga dikenal dengan istilah panik attack ini jelas membuat para penderita mulai merasa khawatir dengan keadaan tubuhnya, hampir setiap bulan mereka berobat bolak-balik ke dokter.
Bahkan beberapa ada yang sampai cek EKG jantung, endoskopi lambung, cek kima darah, ataupun ronsen dada namun tidak ditemukan adanya suatu penyakit yg serius.
Menurut riset yang dilakukan oleh Erik Wibowo, pendiri dari yayasan Anxiety Care Indonesia, sebagian besar dari member mereka juga mengeluhkan gejala lambung yang menetap (seperti GERD, maag, dyspepsia). Hingga pada keluhan ekstrim seperti rasa keliyengan mau pingsan yang tak kunjung sembuh walaupun sudah berobat ke dokter berbulan bulan lamanya.
Ketika gejalanya kambuh atau kumat, mereka sering memutuskan untuk langsung pergi ke IGD karena saking khawatir dengan kesehatannya.
Gejala lambung dan keliyengan tersebut justru diperburuk dengan adanya gangguan mental, yaitu General Anxiety Disorder (GAD), yaitu keadaan jiwa di mana penderita sering mengalami rasa cemas yang berlebihan, secara akut, dengan frekuensi yang sering.
Pengalaman itu kerap membawa teror lain seperti rasa takut mati, takut terkena penyakit berat (hipokodria), takut pergi ke tempat ramai (agoraphoba), takut makan (eating disorder) atau minum obat, bahkan banyak juga yang sampai takut keluar rumah, sehingga sulit beraktivitas seperti biasa, bahkan sampai sulit untuk sekedar bersosialisasi dengan kerabat.
Â
Â
Advertisement
Niat Baik Erik Wibowo
Dimulai dengan itikad baik, Erik Wibowo yang juga seorang penderita gerd dan anxiety sejak tahun 2008, mengawali kegiatan sosialnya dengan membantu sesama penderita. Mulai dari menulis 3 buah buku (pada tahun 2014) tentang cara sembuh dari gerd dan anxiety.
Sejak tahun 2018 dia memulai channel Youtube pribadinya, erikwibowo, yang hanya berisi cara bagaimana dirinya bisa sembuh dari penyakit serius ini.
Erik Wibowo sampai saat ini aktif sebagai narasumber di berbagai media, pembicara, pengajar, dan motivator khusus untuk masalah gerd dan anxiety. Ia selalu aktif dalam menyebarkan info tentang betapa prihatin dan menyeramkannya penyakit ini.
“Saya mulai dari menulis 3 buah buku, lalu membuat channel Youtube khusus untuk para penderita gerd dan anxiety. Lalu pada tahun 2020 saya mulai mendirikan sebuah Yayasan Anxiety Care Indonesia (ACI) sebagai wadah untuk menampung para penderita gerd dan anxiety di seluruh Indonesia," ujarnya dalam acara webinar peringatan Hari Kesehatan Mental Dunia 10 Oktober 2022 lalu.
"Motto kita adalah we survive together, Di mana di sana kita bisa saling sharing, saling menguatkan, saling sembuh, dan tumbuh bersama, agar bisa keluar dari penyakit ini dan hidup seperti orang normal pada umumnya," sambung Erik Wibowo.
Â
Sekilas Yayasan Anxiety Care Indonesia (ACI)
Yayasan Anxiety Care Indonesia (ACI) baru dibentuk pada tanggal 20Â Februari 2020, kini dalam 2 tahun sudah memiliki ribuan member yang tersebar di 14 regional di Indonesia. Mereka semua tergabung dalam grup regional yang saling menguatkan antar sesama member.
Para member dalam yayasan mengggunakan metode 4P untuk membantu kesembuhan mereka yang dikenal sebagai "menjaga pola makan, pola hidup, pola pikir dan pola sifat", yang terbukti ampuh dalam membantu kesembuhan para penderita gerd dan anxiety.
Metode inilah yang mengikat para member di komunitas yayasan agar fokus pada kesembuhan, tanpa adanya banyak postingan negatif tentang keluhan yang justru akan memperburuk keadaan mental member lain.
Berbeda dengan metode kesembuhan lain, metode 4P justru fokus untuk menyembuhkan gejala fisiknya terlebih dahulu, tanpa menggunakan obat-obatan. Hal ini berbeda dibanding metode psikologi dan psikiater yang fokus untuk menyembuhkan mental terlebih dahulu.
Â
Advertisement
Tujuan Utama ACI
Yayasan ACI yang didirikan oleh erik Wibowo Bersama 4 orang mantan penderita anxiety dan gerd lainnya bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terhadap bahayanya penyakit ini, fokus dalam membantu penyembuhan penderita, dan mengadakan riset agar menemukan formula yang pas untuk para penderita.
Yayasan ACI diperkuat oleh komite dokter dan para ahli mental yang saat ini terdiri dari beberapa dokter dan psikiater, psikolog, ahli terapi, dan hipnoterapi. Membuat Yayasan ini terus mencari dan mempelajari cara membantu kesembuhan membernya dan juga para penderita anxiety disorder di seluruh Indonesia.
Selain itu Yayasan ini juga mempunyai beberapa mentor yang juga merupakan mantan penderita yang terbukti mampu membantu para penderita lain untuk penyembuhan penyakitnya.
“Kebanyakan dari member kami setelah ikut ACI keadaannya sudah membaik, jadi selain saling menguatkan, kita juga sering mengadakan acara online ataupun offline dan juga membantu kegiatan kemanusiaan seperti membantu korban banjir, covid, Jumat berkah, ataupun membantu korban Semeru," ujar Erik Wibowo.
"Di situ member yang dulunya enggak bisa keluar rumah, kini turun ke jalan membantu sesama manusia untuk program kemanusiaan. Ini sungguh suatu keajaiban. Semua kegiatan kami dokumentasikan dan kami upload di Instagram kami," sambungnya.Â
Â
Â
Â
Penyakit Masa Kini
Kesulitan ekonomi, pandemi covid, dan kebiasaan hidup masyarakat zaman now yang serba instan dan digital, memacu pertumbuhan penyakit Gerd dan anxiety di Indoensia. Tercatat menurut survey Global Health Data Exchange 2017, Indonesia jadi negara dengan jumlah pengidap gangguan jiwa tertinggi di Asia Tenggara.
Gangguan kejiwaan yang paling tinggi yakni kecemasan (anxiety disorder) dengan jumlah pengidapnya lebih dari 8,4 juta jiwa.
Selain itu, gaya hidup dan kebiasaan makan yang buruk dan pola pikir stress juga memicu kenaikan jumlah pengidap penyakit dyspepsia atau GERD pada usia produktif, yaitu usia 25-35 tahun.
"Para member kita kebanyakan ada di rentang usia 25-35 tahun. Yang kedua terbanyak ada di usia 35-45 tahun. Member termuda kami berumur 16 tahun dan yang tertua yang saya ingat ada Wanita berumur sekita 60 tahun," tambah Erik Wibowo.
"Rata-rata dari mereka mengalami sakit lambung yang tidak kunjung sembuh berbulan-bulan dan disertai oleh rasa cemas akut yang berlebihan mengenai takut terkena penyakit berat, takut berkegiatan di luar rumah, atau takut karena merasa dirinya sebentar lagi akan mati," Erik melanjutkan.
Yayasan Anxiety Care Indonesia saat ini masih bergerak mandiri. Mereka membuka donasi di Kitabisa dan melalui website. Namun mereka amat sangat membutuhkan uluran tangan dari pemerintah, kerjasama dari yayasan lain atau komunitas terkait, maupun sumbangan para donator.
Hal itu dibutuhkan untuk mereka agar bisa lebih aktif lagi dalam membantu kesehatan mental masyarakat di Indonesia. Terlebih lagi untuk menghadapi isu resesi ekonomi dan politik pada tahun mendatang.
Advertisement