Liputan6.com, Jakarta Triangle of Sadness adalah karya Ruben Ostlund, sineas kaliber festival yang dikenal lewat sejumlah film keren seperti De Ovrilliga, The Square, dan Force Majeure alias Turist.
Judul yang disebut terakhir mengantarnya meraih nominasi BAFTA Awards. Kini, film Triangle of Sadness sekali lagi membawa Ruben Ostlund berkelana ke ajang pernghargaan, termasuk Festival Film Cannes 2022.
Film ini diperkuat Harris Dickinson, Charlbi Dean, dan aktor peraih tiga nominasi Oscar, Woody Harrelson. Sebelum menonton, kami ingatkan Triangle of Sadness terdiri tiga babak.
Advertisement
Baca Juga
Resensi Film Midnight in the Switchgrass: Bruce Willis Cuma Numpang Lewat, Aktor Emile Hirsch Kerja Keras
Resensi Film Medieval: Seorang Satria di Medan Perang, Sarat Intrik Politik Tingkat Tinggi Berkedok Ajaran Agama
Resensi Film Keramat 2 Caruban Larang: Rekaman Video Melacak Penari Topeng Yang Hilang Misterius
Durasi panjang menuntut Anda memiliki konsentrasi tinggi agar memahami alur film. Berikut resensi film Triangle of Sadness yang bisa Anda saksikan secara legal lewat platform streaming KlikFilm.
Â
Pasangan Model
Pasangan model kelas menengah yang belum nikah, Yaya (Charlbi Dean) dan Carl (Harris Dickinson) ribut besar perkara siapa yang mestinya bayar saat kencan di restoran mewah. Keributan menjalar ke mobil hingga lift hotel tempat mereka tinggal bareng.
Sadar keduanya saling membutuhkan, mereka baikan lalu pelesir menggunakan kapal pesiar. Dua tiket mereka dapat secara cuma-cuma lantaran Yaya juga seorang inluencer lumayan kondang.
Di kapal pesiar itu, mereka mengenal pasutri sepuh pengusaha granat hingga pebisnis asal Rusia. Apes, kapal ini mengalami kecelakaan yang menewaskan banyak penumpang dan kru.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Menggantungkan Nasib
Segelintir penyintas terdampar di pulau terpencil. Selain Yaya dan Carl, ada Paula (Vicki Berlin), Dimitry (Zlatko Burić), Therese (Iris Berben), Jarmo (Henrik Dorsin), Nelson (Jean-Christophe Folly), and Abigail (Dolly de Leon).
Tinggal di pulau terpencil dengan persediaan makanan yang kian tipis membuat para penyintas ini memperlihatkan sifat asli mereka. Abigail, si petugas kebersihan, mampu mencari ikan dan bahan pangan di sekitar pulau serta membuat api.
Sadar para penyintas menggantungkan nasib padanya, Abigail berlagak jadi kapten dan menetapkan sejumlah kebijakan. Salah satunya, hanya dia dan Carl yang boleh tidur di lifeboat. Yaya gondok berat, sementara Carl mulai menikmati privilese berbekal ketampanan fisik.
Â
Babak Terpanjang
Triangle of Sadness terdiri tiga babak, yakni Carl and Yaya, The Yatch, dan The Island. Setiap babak mewakili fase-fase penting dalam cerita dengan durasi berbeda. Babak pertama jelas sesi perkenalan tokoh utama dengan problem mulai rumit.
The Yatch babak terpanjang dan menegangkan. Di sinilah perubahan warna dari drama cinta menjadi disaster dalam balutan thriller, dengan ketegangan yang terus menanjak. Makin tegang, karena Ruben Ostlund berhasil mempresentasikan tragedi campur ironi.
Â
Advertisement
Tak Diberi Jeda
Betapa tidak, pada jamuan makan malam, momen paling esensial dalam sebuah liburan kaum jet set, justru petaka mengintai. Kata pengantar dari petaka dimulai lewat gambar goyang, menandai kapal mulai terombang-ambing.
Ini disusul wajah para orang kaya dalam kapal yang mulai tak beres. Sampai di sini, Anda tak diberi jeda menarik napas dan inilah yang membuat durasi Triangle of Sadness lantas tak terasa berlarut-larut.
Babak Ketiga
Babak ketiga, kita melihat warna asli setiap tokoh. Ada yang berubah dramatis, ada pula yang berubah tipis-tipis. Saat durasi telah mengalir selama 90 menit, kita masih belum diizinkan paham bagaimana musibah yang tak dirindukan ini akan berakhir.
Para pemain tampil cemerlang. Yang paling menonjol bagi kami, Dolly de Leon, dengan aksen bahasa Inggris yang condong ke Asia. Tampil lumayan berani di adegan intim, Dolly de Leon bermetamorfosis dengan apik dari karyawan rendahan jadi satu-satunya harapan.
Advertisement
Eksentrik, Tajam Bertutur
Sutradara menggambarkan tiap adegan dengan detail. Bukan untuk memanjangkan durasi, tapi memberi penonton waktu untuk menandai para tokoh dengan sifat dan latar mereka. Termasuk, Harris Dickinson dan Charlbi Dean yang sejak awal diposisikan sebagai superstar.
Sejak awal, keduanya santai, memikat, effortless, dengan problem yang dekat dengan orang Indonesia sekalipun. Akhir film ini bukan tipe melegakan. Ia mengajak kita merenungi perjalanan hidup karakter.
Untuk menikmati Triangle of Sadness, perlu mood stabil. Bagi kami, Force Majeure jauh lebih solid, dekat, dan universal jika dibandingkan dengan Triangle of Sadness. Meski begitu, film ini tetap berada di standar keren Ruben Ostlund. Jaminan mutu. Ia eksentrik, kuat dari aspek penokohan dan tajam bertutur.
Â
Â
Pemain: Harris Dickinson, Charlbi Dean, Dolly de Leon, Zlatko Burić, Iris Berben, Vicki Berlin, Henrik Dorsin, Jean-Christophe Folly, Amanda Walker, Oliver Ford Davies, Sunnyi Melles, Woody Harrelson
Produser: Erik Hemmendorff, Philippe Bober
Sutradara: Ruben Ostlund
Penulis: Ruben Ostlund
Produksi: Imperative Entertainment, Film i Väst, BBC Film, 30West
Durasi: 2 jam, 27 menit
Â
Â
Â