Sukses

Udjo Project Pop soal Beda Pertimbangan Beli Sneaker Dulu dan Kini, Sekarang Harus Sesuai Dompet dan Hati

Udjo Project Pop buka kartu soal kecintaan terhadap sepatu. Ia punya sekitar 30 pasang sneakers dari berbagai lini busana kondang dengan harga bervariasi.

Liputan6.com, Jakarta Udjo Project Pop buka kartu soal kecintaan terhadap sepatu. Personel Project Pop ini kini punya sekitar 30 pasang sneaker dari berbagai lini busana kondang dengan harga bervariasi.

Musikus bernama asli Djoni Permato ini mengaku koleksi sneaker-nya kini tak sebanyak dulu. Sebagian telah diberikan kepada kerabat dan sahabat. Ia pun tak seaktif dulu dalam berburu sepatu.

“Kalau dulu, apa yang trendi aku ambil. Sekarang, yang nyaman aku ambil. Banyak sekali yang lagi tren, biasanya dari anak muda. Mereka kadang kurang memikirkan kenyamanan karena mungkin modelnya (bagus),” katanya.

Atas nama suka model dan warna, orang bisa kalap belanja sneaker yang berujung penyesalan. Udjo pernah mengalaminya. Namun, kini dia lebih bijaksana dalam berbelanja.

 

2 dari 4 halaman

Dompet dan Hati

“Kalau aku sekarang, yang sesuai dengan dompet dan hati. Kadang orang beli sepatu enggak kenal sama kakinya sendiri. Contohnya kalau saya flat foot, mesti tanya kalau flat foot cocoknya yang mana,” Udjo membeberkan.

Ini disampaikannya dalam pembukaan gerai Foot Locker di Lantai 3 East Mall Grand Indonesia Jakarta, baru-baru ini. Saking cinta pada sepatu, Udjo membeberkan rekor beli sepatu termurah dan termahal.

“Jadi sempat sepatu bekas pun aku beli. Kalau saya suka. Wah (model ini) sudah jarang, nih. Beli saja, enggak apa-apa yang penting saya pakai. Saya bukan kolektor untuk dipajang-pajang begitu,” akunya.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

5 Sampai 10 Tahun

Untuk rekor termahal, ia enggan menyebut nominal. Namun pernah terjadi, Udjo beli sneaker senilai 2 jutaan rupiah. Beberapa tahun kemudian, sepatu tersebut menjadi koleksi langka. Kolektor bahkan rela merogoh 15 juta rupiah lebih demi sepatu tersebut.

Udjo mengatakan, kini beli sepatu tak perlu keluar negeri atau titip teman yang lagi pelesir ke negara orang. Sejumlah ritel ternama telah hadir di kota-kota besar di Indonesia dengan koleksi tak kalah lengkap. Foot Locker, misalnya.

“Kalau kita pikir, 5 sampai 10 tahun ke belakang, mau cari sepatu biasanya titip atau beli di luar negeri. Yang luar biasa, sekarang toko atau retail ini masuk ke Indonesia,” urai pelantun “Ingatlah Hari Ini.” 

4 dari 4 halaman

Community Space

Terpisah, Brand Marketing GM PT Map Aktif Adiperkasa, Nino Priambodo, menjelaskan gerai Foot Locker di Grand Indonesia adalah yang pertama di Tanah Air dengan fasilitas Community Space untuk merangkul banyak komunitas.

“Harapannya, penikmat, fans, atau kolektor sneaker bisa cari produk yang mereka incar di sini. Kita juga kerja sama dengan komunitas di luar sana misalnya bikin workshop soal apa yang mendukung kreativitas dan sportivitas anak muda,” Nino Priambodo memaparkan.

Gerai seluas 1.307 meter persegi ini bisa menampung berbagai konsep dan produk. Karenanya disebut power store seperti yang di Senayan City Jakarta. “Kalau di Pondok Indah Mall 3 namanya core store karena lebih sempit namun tetap nyaman dikunjungi. Hanya beda konsep,” tutupnya.